REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Desa Guntur Macan, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), menjadi salah satu wilayah dengan dampak terparah akibat gempa yang melanda Pulau Lombok pada tahun lalu. Seorang warga Dusun Apitaik, Desa Guntur Macan, Jamah (45), menyampaikan harapannya pada Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak 2019 ini.
Jamah berharap siapa pun pemimpin yang terpilih dapat segera menangani warga terdampak gempa. "Harapan kami, dampak yang dialami warga akibat gempa segera tertangani karena kami butuh tempat tinggal yang layak, biar kami tenang dan nyaman dalam mencari rezeki," ucap Jamah, Rabu (17/4).
Sementara itu, ia mengatakan ribuan rumah penduduk Guntur Macan, termasuk di Dusun Apitaik mengalami kerusakan akibat gempa. Dia mengatakan, banyak warga tinggal di hunian sementara sembari menunggu bantuan pemerintah.
"Rumah bantuan yang sudah jadi belum ada, masih dalam pembangunan, ada yang baru pondasi saja," ujar Jamah.
Jamah menambahkan siapa pun presiden dan wakil presiden yang terpilih, itu merupakan presiden dan wakil presiden bangsa Indonesia. "Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa, tidak ada huru-hara, semoga aman, siapa yang jadi itulah pemimpin kita, siapa yang tidak jadi, mari bersabar," kata Jamah menambahkan.
Meski dalam kondisi pascabencana, Jamah menilai penyelenggara pemilu cukup berhasil mendorong minat warga menggunakan hak pilih. Namun, dia mengeluhkan banyaknya surat suara harus dicoblos, terutama pada pileg untuk DPR, DPRD NTB, dan DPRD Kabupaten Lombok Barat.
Kertas suara pileg juga tidak menampilkan gambar dari caleg. "Keluhannya ya bingung, caleg yang begitu banyak, tanpa gambar. Banyak ibu-ibu di sini juga yang tidak bisa membaca, jadi menyulitkan mereka," kata Jamah.
Keluhan lain, menurut Jamah, kurangnya sosialisasi program dari para caleg. Akibatnya, ia mengatakan, hal membuat warga tidak mendapatkan cukup referensi untuk memilih caleg.