REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sejak berdiri pada 1931, Nasyiatul Aisyiyah (NA) merupakan salah satu organisasi dalam Perserikatan Muhammadiyah yang telah banyak berkontribusi untuk bangsa. Bahkan, NA saat ini tengah konsentrasi dalam internasionalisasi program-program pemberdayaannya terhadap perempuan.
Ketua Umum Pimpinan Pusat NA, Diyah Puspitarini mengatakan, internasionalisasi ini dilakukan tidak hanya kepada perempuan Indonesia yang ada di luar negeri. Namun juga kepada perempuan asli di negara tersebut.
Internasionalisasi ini telah dilakukan di tiga negara yakni Malaysia, Yordania, dan Taiwan. Pemberdayaan terhadap perempuan ini di antaranya dilakukan dengan memberikan edukasi dan pelatihan terkait permasalahan kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan sosial.
Untuk Malaysia, edukasi telah dijalankan terhadap warga asli Malaysia itu sendiri. Sementara, di Yordania dan Taiwan, dilakukan terhadap mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di daerah tersebut.
Ke depannya, internasionalisasi ini akan terus dikembangkan. "Kami akan mengedukasi teman-teman TKW (tenaga kerja wanita)," kata Diyah, kepada Republika.co.id.
Adapun program-program yang telah dilakukan oleh NA di Indonesia di antaranya pendampingan dan pembekalan kepada perempuan terkait pernikahan dini. Misinya, NA ingin pernikahan dini ini dapat berkurang karena saat ini masih banyak anak yang dipaksa untuk melakukan pernikahan di bawah umur.
Sementara itu, bagi korban pernikahan dini akan dilakukan pendampingan agar mereka siap secara mental dalam menghadapi kehidupan rumah tangga. Selain itu bagi perempuan korban kekerasan juga diberikan pendampingan psikologis.
"Ini yang kami lakukan di Sulawesi Selatan, mendampingi korban perkawinan anak untuk siap secara ekologis dan diedukasi agar tidak ada lagi kejadian seperti ini. Setidaknya berkurang," harapnya.
Untuk bidang kesehatan, NA juga tengah fokus dalam mencegah stunting. NA bergerak untuk menyadarkan masyarakat terhadap permasalahan stunting yang saat ini masih marak terjadi di Indonesia.
Bahkan, NA sendiri merupakan organisasi perempuan pertama yang mengangkat isu stunting ke masyarakat luas. Di mana saat itu, NA melakukan advokasi kepada pemerintah dalam hal ini DPR RI pada 2017 lalu.
Dari advokasi tersebut, ditemukan anggaran untuk menanggulangi stunting, sehingga, NA bergerak melakukan penyadaran kepada seluruh masyarakat karena persoalannya yang telah kompleks di masyarakat.
Menurutnya, stunting juga dapat disebabkan karena pernikahan dini akibat dari usia orang tua yang masih terlampau muda sehingga membuat risiko meningkat."Terbukti sampai hari ini pemerintah secara besar-besaran mengangkat isu stunting ini. Saat ini NA dilibatkan untuk jadi konsorsium penanggulangan stunting," jelasnya.
Selain itu, pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan ekonomi juga tidak lupa untuk dilakukan. NA sendiri melakukan pemberdayaan terhadap potensi ekonomi di tiap wilayah yang ada di Indonesia. Diyah mencontohkan, di Aceh ada pemberdayaan terhadap kopi Aceh.
Di sana, perempuan lokalnya dilatih untuk dapat mengolah dan menciptakan kopi asli Aceh agar lebih berkualitas dan dapat dipasarkan secara luas.
‘’NA juga menghimpun pengusaha muda untuk bergabung dalam sebuah kelompok usaha. Kelompok ini dinamakan Badan Usaha dan Amal Nasyiatul Aisyiyah (BUANA). Sudah banyak anggota NA yang dapat dientaskan secara ekonomi dan merasakan manfaat dari program pemberdayaan yang telah kami lakukan," tegas Diyah.