REPUBLIKA.CO.ID, Pasar rakyat biasanya selalu identik dengan suasana kotor, kumuh, gelap dan bau serta tidak tertata dengan rapi. Namun kini, sejumlah pasar tradisional sepertinya sudah mulai berusaha merevitalisasi diri melalui program pemerintahan.
Di Kota Malang, setidaknya terdapat enam pasar rakyat yang telah direvitalisasi sejak 2015. Pasar-pasar ini tersebar di Oro-oro Dowo, Bareng, Gadang Lama, Klojen, Comboran dan Bunulrejo. "Untuk sementara segitu," ujar Kepala Dinas Perdagangan (Kadisdag) Kota Malang, Wahyu Setianto kepada Republika.co.id, Selasa (23/4).
Secara keseluruhan, Kota Malang memiliki 26 pasar yang berada di lima kecamatan. Wahyu menargetkan, seluruh pasar bisa direvitalisasi hingga empat sampai lima tahun ke depan.
Menurut Wahyu, setiap tahun Pemerintah Kota (Pemkot) Malang akan memprioritaskan dua hingga empat pasar yang masuk dalam program revitalisasi. Sementara di 2019 ini, Wahyu merencanakan, empat pasar lainnya akan segera berubah fisik lebih baik. Pasar-pasar tersebut antara lain Sukun, Sawojajar, Mergan, dan Kasin.
Wahyu menjelaskan, program revitalisasi pada dasarnya bertujuan untuk menyenangkan penjual dan pembeli. Pasalnya, hampir sebagian besar pasar Kota Malang telah berusia cukup tua. Hal ini pun mengakibatkan ketidaknyamanan bagi penjual maupun pembeli.
"Kita revitalisasi agar penjual senang dan pembeli tambah banyak karena pasarnya bersih dan nyaman," tambah dia.
Pasar Klojen merupakan salah satu pasar rakyat yang telah direvitalisasi oleh Pemerintah Kota (Pemkot Malang).
Menurut Wahyu, hampir sebagian aspek pasar direvitalisasi lebih baik lagi. Salah satu di antaranya perihal bangunan fisik yang selama ini kurang menarik dan tidak nyaman. Unsur kumuh pada gedung pasar diupayakan agar hilang sehingga terlihat lebih sehat.
"Dan untuk anggaran bermacam-macam, ada dana dari pusat juga ada dana yang kita pakai dari APBD," ujar Wahyu.
Tak hanya masalah kebersihan, Pemkot Malang juga tengah berusaha menerapkan konsep ramah lingkungan di pasar rakyat. Hal ini dibuktikan dengan pembagian 3.000 kantong kertas kepada seluruh pedagang di pasar. Pembagian ini bersifat imbauan agar pedagang menyadari pentingnya menjaga lingkungan dari sampah plastik.
Pemkot Malang berencana, pembagian kantong kertas ini bisa diberikan setiap tahun. Namun, akan lebih baik jika pedagang tidak bergantung lagi pada bantuan pemerintah. Mereka juga harus berusaha sendiri bagaimana menyediakan kantong kertas sebagaimana dicontohkan pemerintah.
"Jadi 3.000 kantong kertas itu kita bagi sesuai kebutuhan pedagang berasal. Sifatnya nggak tiap kali pasok, tapi kita beri contoh kayak begini (kantong) yang bagus dan ramah lingkungan. Intinya kita tetap sosialisasi ini," ucap Wahyu.
Karena bersifat imbauan, Wahyu menegaskan, belum bisa memberikan sanksi bagi pedagang yang menolak memakai kantong kertas. Dia tahu, mengubah gaya hidup dari penggunaan plastik ke kertas itu tidak mudah. Apalagi, harga kantong kertas terbilang cukup mahal dibandingkan plastik. "Tapi, pedagang responsnya positif kemarin," tambah Wahyu.
Selain program kantong kertas, Pemkot Malang juga telah menerapkan sistem pengolahan limbah pasar. Sistem ini bertujuan untuk mengurangi aroma bau dari sisa-sisa sampah pasar. Melalui sistem ini, kotoran yang dibuang ke sungai juga tak lagi mengandung bakteri bahaya bagi kehidupan air.
Pasar Klojen merupakan salah satu tempat yang telah direvitalisasi sejak akhir tahun lalu. Berdasarkan pantauan Republika.co.id, kondisi pasar bersih dan tertata rapi. Kesan gelap, bau dan kumuh pun sudah tak lagi muncul.
Pedagang Sayur, Iis (49 tahun) mengaku, sudah lama mengais penghasilan di Pasar Klojen. Sejak 1990-an, dia telah tahu betul bagaimana kondisi pasar di masa lalu yang dikenal sebagai tempat kotor dan gelap. Namun kini, tempat mencari uangnya itu sudah berubah drastis.
"Setelah direvitalisasi jadi bersih dan bagus. Terus ini ada penerangan jadi terang, nggak panas, nyaman dan disediakan troli juga di pintu masuk pasar," kata perempuan berhijab ini saat ditemui Republika.co.id.
Secara keseluruhan, Iis merasakan dampak baik dengan adanya perubahan pasar. Namun, permasalahan inti seperti jumlah pembeli yang belum sesuai harapan masih dikeluhkan. Pada jam-jam siang, pasar sudah terlihat sepi pengunjung.
"Ya, karena banyak penjual keliling yang masuk ke kampung dan perumahan, jadinya kurang banyak pembelinya. Tapi, intinya jumlah pembeli sama saja dengan sebelum revitalisasi, karena kebanyakan memang langganan," ujarnya.
Pedagang juga belum lama ini mendapatkan fasilitas kantong kertas. Meski senang, Iis menceritakan, masih banyak pembeli yang enggan menggunakan kantong tersebut. Bukan, karena tidak cinta lingkungan, tapi merasa kerepotan. Pasalnya, kantong kertas tidak disediakan tali untuk menjinjing.
Seorang pembeli Wati (58) menyatakan hal serupa terkait fasilitas kantong kertas. Dia tidak tahu bagaimana menjinjing belanjaan mengingat dirinya menggunakan sepeda motor. Oleh karena itu, dia lebih memilih memakai kantong plastik ketika berbelanja.
Pengelola Pasar Klojen, Totok Winarno menilai, para pedagang dan pembeli sebenarnya menyambut baik program kantong kertas. Mereka tahu kantong plastik kresek itu tidak bisa hancur dan tak ramah lingkungan. Kantong kertas tentu menjadi salah satu solusi baik dalam menghadapi masalah tersebut.
Totok tak menampik, belum semua pedagang menerapkan imbauan penggunaan kantong kertas. Mengetahui hal tersebut, Totok mengaku tidak bisa memaksa mereka mengubah gaya hidup dalam waktu cepat. Oleh sebab itu, penggunaan kantong kertas akan terus disosialisasikan kepada para pedagang.
Namun secara keseluruhan, Totok menilai, kesadaran lingkungan pada dasarnya sudah terbentuk di jiwa para pedagang. Salah satu di antaranya terbukti pada salah satu warung yang sudah menciptakan kantong kertas sendiri. "Itu ada repsons yang masuk, Insya Allah nanti semua karena mereka sebenarnya sudah mulai sadar lingkungan," kata Totok.
Sebagai informasi, Pasar Klojen memiliki 326 pedagang di lahan seluas 1.860 meter persegi. Pasar mengalami banyak perubahan terutama di atap yang lebih luas sehingga terlihat terang dan tak panas. Lantai telah berkeramik, cat dinding mengalami perubahan dan penataan kios warung yang terlihat lebih rapi.