Rabu 22 May 2019 13:05 WIB

Menlu Minta PM Jepang Ditulis Abe Shinzo

Permintaan itu terkait penulisan nama di Jepang.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
PM Jepang Shinzo Abe
Foto: Reuters
PM Jepang Shinzo Abe

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Jepang Taro Kono mengimbau dunia, terutama media asing, terkait penyebutan nama perdana menteri Jepang. Ia meminta media menulis atau memanggil Perdana Menteri Abe Shinzo, bukan Shinzo Abe.

Hal tersebut dikatakan Taro menjelang serangkaian acara internasional penting di Jepang, termasuk kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akhir pekan ini. "Era Reiwa baru diantar masuk, dan kami menjadi tuan rumah KTT Kelompok 20. Karena banyak organisasi berita menulis Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, nama Perdana Menteri Shinzo Abe diinginkan untuk ditulis dengan cara yang sama," katanya, dilansir The Washington Post, Rabu (22/5).

Baca Juga

"Atau mungkin kita harus mengatakan, Misalnya Kono Taro mengatakan....," kata dia.

Ia menjelaskan, Kono adalah nama keluarga, sama seperti Abe adalah nama keluarga perdana menteri Jepang. Diplomat Jepang itu, mengatakan nama keluarga harus menjadi yang pertama ketika disebut dalam bahasa Inggris, seperti ketika ditulis atau diucapkan dalam bahasa Jepang.

Nama-nama Cina dan Korea juga memiliki nama keluarga mereka terlebih dahulu dalam bahasa Inggris, semisal dalam kasus Xi dan Moon, seperti yang dicatat oleh Kono.

Namun, konvensi untuk transliterasi bahasa Inggris dari nama Jepang telah lama menempatkan nama keluarga sebagai yang kedua. Kebiasaan tersebut diyakini berasal dari abad ke-19, selama periode ketika dinasti Meiji mereformasi budaya penamaan Jepang yang rumit.

Selain itu, sejak itu, kebiasaan mendorong orang asing dan orang Jepang sendiri menulis nama keluarga mereka kedua ketika menulis dalam bahasa Inggris. Hal ini merupakan bagian dari upaya yang lebih luas agar sesuai dengan standar internasional.

Meski demikian, sistem ini telah lama digunakan secara tidak konsisten. Pada 1986, Japan Foundation yang didanai pemerintah telah memutuskan menggunakan format nama-keluarga-pertama dalam publikasi berbahasa Inggris dan karya-karya bersejarah atau karya-karya akademis.

Dalam sambutannya pada Selasa (21/5), Kono merujuk pada laporan pada 2000 oleh Dewan Bahasa Nasional dari kementerian pendidikan yang merekomendasikan penggunaan format Jepang. Laporan itu tidak mengubah banyak hal pada saat itu, namun sekai lagi.

Kedatangan kaisar baru telah menghasilkan era baru, bernama "Reiwa" untuk dua karakter yang melambangkan keberuntungan dan harmoni. Jepang menjadi tuan rumah sejumlah acara besar pada awal periode ini, termasuk KTT G-20 para pemimpin dunia bulan depan dan Olimpiade Musim Panas 2020.

Sementara Trump akan tiba di Jepang pada Sabtu untuk kunjungan kenegaraan, di mana ia akan menjadi pemimpin asing pertama yang bertemu dengan Kaisar Naruhito baru Jepang.  Pemimpin AS itu telah membentuk ikatan yang luar biasa dekat dengan Abe, bahkan Trump menyebutnya sebagai "Perdana Menteri Shinzo" pada 2017.

Belum jelas apakah pemerintah AS akan mematuhi permintaan Kono soal nama PM nya atau tidak. Masih belum jelas pula apakah seluruh pemerintah Jepang mendukung ide tersebut.

Bulan lalu, Kono mengatakan kepada komite parlemen tentang diplomasi dan pertahanan. Ia menulis namanya dalam urutan Jepang pada kartu bisnis berbahasa Inggrisnya. Masalah ini pun harus dibahas oleh pemerintah secara keseluruhan.

Namun Komisioner Badan Olahraga Jepang Daichi Suzuki mengatakan, masyarakat harus berkonsultasi sebelum memtusukan "pindah". "Kita harus memutuskan setelah menghabiskan lebih banyak waktu memeriksa bagaimana diskusi di antara masyarakat," kata Suzuki, menurut Mainichi Shimbun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement