REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Kota Sukabumi termasuk salah satu daerah yang rawan gempa bumi karena wilayah tersebut berada di atas patahan Cimandiri. Oleh karena itu, Kota Sukabumi menarget seluruh kelurahan dapat tangguh bencana atau katana.
Hal itu mengemuka dalam acara informasi, komunikasi, dan edukasi (KIE) Kebencanaan 2019 sosialisasi dan simulasi penanggulangan bencana di SDN Cicadas, Kelurahan Cikundul, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi, Jumat (19/7). Acara yang melibatkan peserta dari masyarakat, majelis taklim, RT/RW, PKK, posyandu, dan aparat kelurahan ini menjadi salah satu dukungan dalam program nonfisik kegiatan TNI manunggal membangun desa (TMMD).
‘’Kami berupaya mendukung terwujudnya kelurahan tangguh bencana (Katana) menuju Sukabumi zona tangguh bencana (Zotabe),’’ ujar Dandim 0607 Kota Sukabumi, Letkol Kav Mujahidin. Dasarnya mengacu pada fakta Sukabumi dikenal sebagai kota yang berdekatan dengan patahan Cimandiri yang terbagi ke dalam tiga segmen yakni Cimandiri, Nyalindung-Cibeber, dan Rajamandala.
Mujahidin menerangkan, pergeseran masing-masing patahan tersebut berbeda dengan 0,55 MM per tahun, 0,44 MM per tahun dan 0,1 MM per tahun. Patahan itu memanjang dari Palabuhanratu sampai dengan Cianjur dan diperkirakan bersambung lagi di Lembang.
Kota Sukabumi, kata Mujahidin, berdiri tepat di atas patahan dan bergerak dengan mekanisme mendatar. Data yang diperoleh sudah banyak kejadian gempa kecil dari patahan baik terasa dan tidak, namun belum ada rekam sejarah mengenai berskala M 6,0 yang pernah terjadi di patahan tersebut.
Jika sebuah kota berdiri di atas patahan kata Mujahidin adalah potensi yang berbahaya. Oleh karena itu diperlukan pembinaan Katana yang didasarkan pada Perka BNPB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Desa/Kelurahan Tangguh Bencana.
Katana, ungkap Mujahidin, merupakan kelurahan yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dalam menghadapi ancaman bencana serta memulihkan sendiri dengan segera dari dampak bencana yang merugikan. Disebut katana karena ada sejumlah indikator yakni legislasi seperti peraturan atau kebijakan pengurangan resiko bencana pada kelurahan, perencanaan seperti musyawarah kebencanaan dan rencana penanggulangan bencana, rehabilitasi bencana dan pengurangan resiko bencana level kelurahan.
Selain itu, kelembagaan seperti forum kebencanaan dari usur RT RW, pendanaan seperti biaya mobilisasi dana dari APBD atau manajemen kebencanaan pra bencana saat, maupun pascabencana. Terakhir pengembangan kapasitas seperti pelatihan maupun pendidikan kebencanaan di kelurahan dan penyelenggaraan penanggulangan bencana seperti mitigasi, sistem peringatan dini, ronda siaga.
Tujuan sosaialisasi dan simulasi bencana di program TMMD, kata Mujahidin, untuk memberikan pelayanan informasi rawan bencana berupa KIE penanggulangan bencana. ‘’Pembinaan terhadap kelurahan guna mewujudkan Katana dan membangun sinergitas kecamatan dan kelurahan,’’ kata dia. Target lainnya untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagan measyarakat dalam menghadapi ancana bencana.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi Zulkarnain Barhami menambahkan, kegiatan tersebut dinilai efektif dalam mewujudkan Katana menuju Zotabe. Sebab, acara tersebut melibatkan semua elemen masyarakat terkait dalam hal peningkatan kesadaran menghadapi potensi bencana di kelurahan.