Jumat 26 Jul 2019 00:16 WIB

Beralih dari Sawit, Petani Riau Raup Keuntungan dari Ikan

Sebagian besar petani sawit di Riau sudah mulai beralih ke mata pencaharian lain.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Gita Amanda
Perkebunan sawit, ilustrasi
Foto: Antara
Perkebunan sawit, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Sebagian besar petani sawit di Provinsi Riau sudah mulai beralih ke mata pencaharian lain. Salah satunya Syafrizal (60 tahun) yang kini memiliki pemasukan lain dari hasil beternak ikan.

Pria yang tergabung dalam Kelompok Tani Pinang Indah Abadi itu dulunya hanya bergantung dari hasil bertani sawit. Syafrizal mengatakan alasannya mulai beralih ke budi daya ikan karena penghasilannya dari mata pencaharian itu jauh lebih besar dibandingkan dari sawit.

Baca Juga

Dalam sebulan, Syafrizal bisa meraup keuntungan sebesar Rp 7 juta hanya dari 1 hektare lahan kolam. "Kalau dari sawit per bulan Rp 5 juta dari lahan seluas 5 hektare," ujar Syafrizal di Desa Pinang Sebatang Barat, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Riau, Kamis (25/7).

Dalam peralihan tersebut, Syafrizal juga cukup terbantu dengan adanya program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) dari perusahaan industri kehutanan APP-Sinar Mas. Melalui anak perusahaan PT Arara Abadi, Syafrizal mendapat bantuan berupa bibit dan pakan ikan hingga fasilitas pendukung seperti alat berat untuk pembuatan jalan dan kolam.

Tidak hanya itu, menurut Syafrizal, Perusahaan juga membantu memasarkan saat musim panen tiba. Syafrizal pun mengaku setidaknya sudah dua tahun mengikuti program ini.

Hal yang sama juga dialami oleh Alex Sapirman (50), seorang petani sawit yang beralih memproduksi pupuk kompos. Anggota Kelompok Tani Mutiara Indah ini sudah mulai memproduksi kompos sejak 2009.

Saat itu, tingkat produksi dan penjualannya masih rendah. Selain itu, masih banyak juga masyarakat yang mempertanyakan kualitas komposnya. Namun, sejak 2013 berbagai program pelatihan dan mulai berdatangan. Termasuk program MDPA dari PT Arara Abadi.

Dulunya, dalam sebulan Alex hanya bisa memproduksi sebanyak 25 ton. Setelah mendapat berbagai program bantua  Alex bisa memproduksi 100-150 ton per bulan. "Kami ada kontrak dengan PT Arara Abadi untuk membeli pupuk 100 ton setiap bulan selama satu tahun," ujar Alex.

Pemasukan Alex dan anggota Kelompok Tani Mutiara Indah pun menjadi lebih besar. Ditambah ada penyerapan dari masyarakat. Pendapatan setiap anggota kelompok tani bisa mencapai Rp10 juta per bulan.

Melalui program DMPA, PT Arara Abadi mengedukasi masyarakat di sekitar area konsesi perusahaan agar tidak lagi membuka lahan dengan cara dibakar. Masyarakat diajak untuk mengelola lahan dengan metode agroforesti seperti bercocok tanam hortikultura (sayur dan buah), tanaman pangan, peternakan, perikanan, dan olahan makanan.

Sejak 2016, program ink telah memberikan pendampingan ke 7.000 kepala keluarga di 142 desa di Riau. Desa-desa tersebut antara lain tersebar di wilayah Kabupaten Siak, Bengkalis, Rokan Hulu, Indiragiri Hilir, Dumai, dan Pekanbaru. Tahun ini, program DMPA berencana menjangkau 47 lokasi baru dan ditargetkan akan ada total 189 lokasi DMPA.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement