REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengomentari DKI Jakarta yang menempati posisi pertama terburuk buruknya kualitas udara di dunia. Data itu didapat dari hasil aplikasi Air Visual yang mengungkap kualitas udara di Ibu Kota
Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT, Tri Handoko Seto menyebut udara di DKI Jakarta harus dibersihkan dengan sejumlah metode. Salah satunya dengan melakukan penghijauan. Ia mencontohkan menanam pohon yang tinggi akan mengurangi dampak polusi.
“Ada beberapa faktor pembersih yang lainnya pertama tumbuh-tumbuhan hijaukan Jakarta maka dia akan manjadi faktor pembersih. Banyak tumbuh-tumbuhan yang tinggi bukan sekadar tumbuhan lidah buaya lidah mertua lidah keponakan, dan seterusnya tapi tumbuh-tumbuhan yang punya kemampuan tinggi untuk menyerap karbon,” kata Seto di Gedung Kemenko PMK, Selasa (30/7)
Ia juga menyarankan pemerintah melakukan gerakan agar gedung-gedung tinggi di Jakarta menanam pohon besar di sekelilingnya. Tujuannya menangkap polutan yang berada di langit Jakarta. Selain itu, gedung-gedung tinggi di Jakarta diharapkan punya air mancur untuk membersihkan udara tercemar. Sebab air mancur bisa menyirkulasi udara.
“Kalau semua gedung punya sirikulasi air yang baik kayak pancuran gitu yang berputar maka dia juga bisa dijadikan faktor pembersih karena air itu bersirkulasi maka dia akan menyentuh udara dia akan menangkap polutan untuk pembersih,” ujarnya.
Kemudian, ia menilai hujan buatan dapat membersihkan polutan Ibu Kota. Tetapi cara seperti ini membutuhkan biaya besar.
“Kalau masih ada awan masih bisa digunakan teknologi modifikasi cuaca kemudian juga teknologi modifikasi cuaca bisa membongkar lapisan stabil tadi menjadi tidak stabil sehingga ruang atmosfir semakin banyak,” ucapnya.