Selasa 06 Aug 2019 19:01 WIB

AS tak Mau Ambil Pusing Soal Rudal Korut

AS akan membahas uji coba rudal Korut bersama Jepang dan Korsel.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Mark Esper, 4 Agustus 2019.
Foto: AP Photo/Rick Rycroft
Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Mark Esper, 4 Agustus 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Mark Esper mengatakan, AS tidak akan bereaksi secara berlebihan terhadap serangkaian peluncuran rudal oleh Korea Utara (Korut). Menurutnya, AS akan tetap membuka pintu dialog dengan Korut.

"Kuncinya adalah menjaga pintu tetap terbuka untuk diplomasi. Kami tidak akan bereaksi berlebihan terhadap ini, tetapi kami memantau mereka, kami mengawasi mereka dengan cermat dan kita menyadari apa yang terjadi," kata Esper kepada wartawan dalam kunjungannya ke Jepang, Selasa (6/8).

Baca Juga

Esper menambahkan, rudal yang diluncurkan Korut pada Selasa merupakan rudal balistik jarak pendek. Rencananya dia akan membahas uji coba rudal Korut bersama Jepang dan Korea Selatan (Korsel) selama kunjungannya.

Kepala staf gabungan Korsel (JCS) menyatakan, dua rudal balistik jarak dekat ditembakkan dari wilayah Kwail di pantai barat Korut atau sekitar 125 kilometer barat daya Pyongyang di provinsi Hwanghae Selatan. Rudal tersebut terbang sejauh 450 kilomeer dan mencapai ketinggian 37 kilometer.

Korut menyatakan, latihan militer gabungan yang dilakukan AS dan Korsel telah melanggar perjanjian. Esper mengatakan, latihan gabungan yang dikenal sebagai Dong Maeng sebagian besar disimulasikan oleh komputer.

Latihan tersebut kini sedang berlangsung. Menurut Esper, AS tidak memiliki rencana mengubah latihan militer gabungan ini di masa depan.

Para analis kebijakan meyakini uji coba rudal dirancang untuk meningkatkan kemampuan militer Korut. Selain itu, uji coba juga bertujuan memberikan tekanan kepada AS agar menawarkan lebih banyak konsesi kepada Korut.

Di sisi lain, Korsel sedang menjajaki semua opsi dalam pertikaian perdagangan dengan Jepang, termasuk membatalkan pakta mengenai berbagi informasi intelijen. Ketegangan antara kedua negara meningkat pada Jumat (2/8) lalu ketika Jepang menghapus Korsel dari daftar perdagangan.

Akibat ketegangan antara Jepang dan Korsel yakni terancamnya perjanjian yang memfasilitasi pertemuan intelijen tiga arah dengan Washington. Perjanjian ini sangat penting bagi Korsel dan Jepang dalam menangani ancaman nuklir dan rudal Korut.

"Saya jelas akan mendorong melanjutkan tentang berbagi informasi intelijen, itu adalah kunci bagi kami. Saya akan meminta mereka menyelesaikan masalah ini dengan cepat dan kita benar-benar fokus pada Korut dan China," kata Esper.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement