Selasa 13 Aug 2019 06:08 WIB

Kekuatan Ekonomi dan Budaya Cordoba

Cordoba menjadi salah satu emirat Umayyah pada abad pertengahan.

Red: Agung Sasongko
Indahnya kota Cordoba dari tepi sungai Al-Wadi al-Kabir, yang dilafalkan orang Spanyol sebagai Guadalquivir.
Foto: Lonelyplanet.com
Indahnya kota Cordoba dari tepi sungai Al-Wadi al-Kabir, yang dilafalkan orang Spanyol sebagai Guadalquivir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cordoba menjadi salah satu emirat Umayyah pada abad pertengahan. Abd ar-Rahman I berhasil menjadi emir Cordoba pada 756 setelah melepaskan diri dari kejaran orang-Orang Abbasiyah. Dengan niat memulihkan kembali kekuasaan yang pernah dimiliki Dinasti Umayyah, Abd ar-Rahman menaklukkan para penguasa Muslim Andalusia yang menentang Dinasti Umayyah. Abd ar-Rahman menyatukan kerajaan-kerajaan kecil ke dalam sebuah emirat.

Jika para penguasa Andalusia menggunakan gelar emir atau sultan hingga abad ke-10, Abd ar- Rahman III mengumumkan dirinya sebagai khalifah Cordoba, bukan emir Cordoba. Dr Syafii Antonio mengungkapkan, penggunaan gelar ini kemung kinan bertujuan untuk meraih simpati di dalam negeri guna menghadapi ancaman Dinasti Abbasiyah.

Kekhalifahan Cordoba berhasil mencapai kemakmuran hingga abad ke-10. Abd ar-Rahman III tak sekadar mampu menyatukan Andalusia, tapi juga menundukkan kerajaan-kerajaan Kristen di utara, baik melalui pertempuran maupun diplomasi. Perekonomian sangat maju pada masa Ke khalifahan Cordoba. Terutama di bidang perdagangan dan rampasan perang. Meski peperangan yang sering terjadi dengan kerajaan-kerajaan Kristen di utara memerlukan biaya yang besar, tetapi juga menghasilkan harta rampasan cukup banyak.

Pada tahun-tahun awal, Cordoba bahkan mendapat banyak penerimaan pajak atas jaminan keamanan. Perdagangan Muslim menghubungkan Andalusia dengan kawasan Mediterania dan sekitarnya. Selain itu, Kekhalifahan Cordoba juga merevitalisasi kawasan-kawasan industri seperti industri tekstil, keramik, kaca, logam, dan pertanian.