REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan, 44 wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami kekeringan ekstrem. Kekeringan ekstrem artinya hujan sudah tidak turun lebih dari 60 hari.
"Ke-44 wilayah tersebut tersebar di 13 kabupaten/kota yang ada di provinsi berbasis kepulauan ini," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Kupang, Apolinaris Geru, Kamis (15/8).
"Berdasarkan monitoring hari tanpa hujan berturut-turut (HTH) dasarian I Agustus 2019, Provinsi Nusa Tenggara Timur pada umumnya mengalami HTH dengan kategori sangat panjang (31-60 hari) hingga kekeringan ekstrem (lebih dari 60 hari)," katanya.
Bahkan beberapa wilayah di NTT yang sudah mengalami hari tanpa hujan dengan kategori kekeringan ekstrem (>60 hari), katanya. Wilayah-wilayah yang masuk kategori kekeringan ekstrem itu adalah sekitar Waepana di Kabupaten Ngada, sekitar Danga dan Rendu di Nagekeo.
Lalu wilayah sekitar Nanganio dan Wolojita di Kabupaten Ende, wilayah sekitar Stamet Maumere, Magepanda dan Waigete) di Kabupaten Sikka. Disambung wilayah sekitar Stamet Larantuka dan Konga di Kabupaten Flores Timur, wilayah sekitar Wulandoni di Kabupaten Lembaga, wilayah sekitar Kabukarudi di Kabupaten Sumba Barat.
Wilayah lain adalah sekitar Waingapu, Melolo, Wanga, Kanatang, Kawangu, Tanarara, Lambanapu, Rambangaru, Kamanggih dan Ori Angu di Kabupaten Sumba Timur.
Kekeringan juga di wilayah sekitar Stamet Tardamu dan Daieko di Kabupaten Sabu Raijua, wilayah sekitar Stamet Leukunik, Papela, Busalangga dan Batutua di Kabupaten Rote Ndao.
Wilayah sekitar Penfui, Bakunase, Oepoi dan Mapoli di Kota Kupang, sekitar Oekabiti, Lelogama, Oelnasi dan Sulamu di Kabupaten Kupang dan sekitar Lurasik di Kabupaten Timor Tengah Utara juga kekeringan. Selain itu juga di wilayah sekitar Atambua, Fatubenao, Umarese, Fatukmetan, Fatulotu, Wedomu dan Haekesak di Kabupaten Belu, wilayah yang berbatasan dengan negara Timor Leste.