REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyatakan, sebanyak 584 titik panas mengepung wilayah Sumatra pada Sabtu (24/8) pagi. Titik panas tersebut menjadi indikasi awal kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terdeteksi di wilayah Pulau Sumatra.
Berdasarkan data pantauan satelit pada pukul 06.00 WIB yang dirilis BMKG Stasiun Pekanbaru, lumbung titik panas berlokasi di Provinsi Riau, yakni sebanyak 272 titik. Jumlah tersebut naik dua kali lipat dari hari sebelumnya. "Di Riau, jumlahnya naik dari kemarin sore (Jumat) 112 titik, pagi ini (kemarin—Red) menjadi 272," kata staf analisis BMKG Stasiun Pekanbaru, Nia Fadhila, Sabtu.
Selain Riau, provinsi lainnya di Sumatra yang terdapat banyak titik panas di antaranya Jambi dengan 128 titik, Sumatra Selatan 99 titik, Bangka Belitung 41 titik, Lampung 18 titik, Sumatra Barat dan Kepulauan Riau masing-masing 11 titik, dan Bengkulu 4 titik.
"Asap dari provinsi tetangga ada peluang mencapai Riau, tapi karena jaraknya jauh tidak begitu terasa. Sedangkan, di Riau sendiri banyak terdeteksi titik panas," katanya.
Nia menjelaskan, dari 272 titik panas di Riau, lokasi paling banyak di Kabupaten Pelalawan dengan 102 titik. Daerah lainnya antara lain Indragiri Hilir ada 90 titik panas, Bengkalis 35 titik, Indragiri Hulu 17 titik, Kepulauan Meranti dan Siak masing-masing 9 titik, Rokan Hilir 7 titik, Kuantan Singingi 2 titik, dan Kampar 1 titik panas.
Dari jumlah tersebut, ada 192 yang teridentifikasi sebagai titik api. Lokasi paling banyak juga terdapat di Pelalawan dengan 76 titik, kemudian Indragiri Hulu 60 titik, dan Bengkalis 29 titik. Nia mengatakan, arah angin berembus dari tenggara ke barat daya sehingga asap karhutla kini mencapai Pekanbaru.
Berdasarkan pantuan Antara, asap menyelimuti Pekanbaru cukup pekat pada Sabtu pagi. Data BMKG menyatakan, jarak pandang kini mencapai 1.500 meter, sedangkan kualitas udara memburuk mendekati status tidak sehat akibat polusi jerubu karhutla.
Kepala Kepolisian Resor Pelalawan AKBP Kaswandi Irwan terpaksa menginap di lokasi kebakaran di Desa Merbau, Kecamatan Bunut, karena karhutla di daerah tersebut makin meluas dan menimbulkan asap pekat hingga ke Ibu kota Provinsi Riau, Pekanbaru. “Sudah hari kedua (menginap) di lokasi Merbau, Bunut,” kata Kaswandi dalam pernyataan pers di Pekanbaru, Sabtu.
Ia menjelaskan, kebakaran lahan gambut meluas di Kabupaten Pelalawan, khususnya di Desa Merbau, Kecamatan Bunut. Kaswandi langsung memimpin proses pemadaman di lahan masyarakat tersebut. “Luas lahan yang terbakar hari ini diperkirakan sekitar 8 hektare. Jenis lahan yang terbakar tanah gambut dan semak belukar kering mudah terbakar,” ujarnya.
Karakteristik lahan gambut yang terbakar menjadi kendala dalam pemadaman karena api menjalar di dalam permukaan tanah dan menimbulkan asap pekat. Selain itu, angin sangat kencang dan berubah arah membuat api mudah menyebar dan melompati sekat batas yang dibuat tim pemadam kebakaran gabungan. “Cuaca panas terik. Jarak tempuh ke lokasi lebih dari 1 kilometer dengan jalan kaki,” ujarnya.
Ia mengatakan, proses pemadaman kebakaran lahan tersebut melibatkan tim gabungan dari 27 personel Polri, dua personel TNI, Satpol PP Pelalawan, Masyarakat Peduli Api Desa Merbau, dan sejumlah tim pemadam kebakaran dari perusahaan di sekitar daerah itu.
Pemadaman juga dibantu oleh satu helikopter bantuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang menjatuhkan air dari udara. Sementara itu, personel di darat membuat sekat untuk memutus api dan membuat embung air per 50 meter di sekat batas tersebut.
(antara ed: firkah fansuri)