REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto membantah terkait viralnya pemberitaan enam warga sipil tewas tertembak aparat keamanan ketika melakukan demo di Deiyai, Papua, pada Rabu (28/8). "Kemarin ada berita bahwa dalam kerusuhan Deiyai itu ada enam masyarakat tertembak. Sampai di luar negeri diumumkan, padahal tidak," kata Wiranto di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (29/8).
Dalam kejadian itu, ia mengatakan, satu warga sipil tewas karena terkena panah dan senjata dari masyarakat sendiri. Lalu, ada satu anggota TNI tewas dan dua luka, serta empat personil Polisi yang luka-luka.
Wiranto mengaku menyesalkan terjadinya kekerasan di Deiyai dan meminta aksi unjuk rasa di berbagai wilayah di Papua dilakukan secara damai. "Sebenarnya kalau demonstrasi itu dilakukan dengan baik, sesuai dengan aturan main dalam demonstrasi, saya kira kita tidak perlu kuatir," ujarnya.
Wiranto juga menegaskan bahwa dirinya telah menginstruksikan para aparat keamanan untuk tidak menggunakan peluru tajam saat mengamankan aksi unjuk rasa di Kabupaten Deiyai, Papua, Rabu (28/8). Dia mengatakan, aparat keamanan yang diterjunkan untuk mengurai demonstrasi itu harus mengedepankan pendekatan persuasif, bukan represif.
"Aparat keamanan sudah diinstruksikan jangan sampai melakukan tindakan represif. Harus persuasif terukur, bahkan senjata peluru tajam tidak boleh digunakan," katanya.