Jumat 30 Aug 2019 13:09 WIB

New York Bakery Tutup Ketika tak Mampu Mengikuti Zaman

Buku 'New York Bakery' membawa pembaca menikmati sisi lain Korea.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Buku 'New York Bakery'
Foto: Gumanti Awaliyah/Republika
Buku 'New York Bakery'

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aku tidak tahu kapan New York Bakery dibuka, tapi aku tahu persis kapan toko itu tutup untuk selamanya. Toko itu tutup pada bulan Agustus 1995 karena tidak dapat mengikuti perkembangan zaman seperti toko-toko lain yang pernah ada di jalanan kampung halamanku.

Jalan yang ada di kampung halamanku sekarang tidak lagi sama dengan yang kulihat dulu. Artinya, aku seseorang yang terenggut dari kampung halaman. Pembangunan telah memusnahkan toko-toko kecil itu. Kejadian yang sangat memilukan.

Baca Juga

Korea tampak begitu gemerlap di mata dunia. Siapa sangka dibalik ingar bingar itu tersimpan banyak anomali yang memilukan. Sebuah toko roti keluarga terpaksa tutup lantaran tak kuat menghadapi serbuan toko-toko roti modern. Sisa-sisa hanok, rumah tradisional Korea tak seberaga dan mulai diimpit gedung apartemen tinggi.

Begitulah sinopsi dari cerita pendek (cerpen) New York Bakery, satu dari 14 cerita yang dikemas dalam antologi cerpen Korea dengan judul yang sama, New York Bakery.

Penerjemah antologi cerpen korea, Maman S Mahayana menekankan pentingnya buku ini untuk masyarakat Indonesia. Pembaca akan disajikan dengan cerita yang mengalir tanpa batas. Namun, kata Maman, dalam kemengaliran itu pembaca akan disuguhi kultur sosial, sejarah masyarakat dan tradisi masyarakat Korea.

"Maka kumpulan cerpen ini adalah ekspresi spritual penulisnya," kata Maman usai peluncuran buku di Gramedia Central Park Jakarta, Kamis (29/8).

Yang tidak kalah penting, lanjut Maman, cerpen yang dihadirkan dalam antologi cerpen ini semuanya memiliki batas antara fiksi dan fakta yang tipis. Seperti halnya cerpen New York Bakery, sang penulis Kim Yeon-su, pada kenyataannya memang memiliki toko roti keluarga yang bangkrut akibat modernisasi.

"Jadi dengan membaca antologi ini kita juga disuguhkan dengan sisi lain Korea. Karena memang melibatkan pergolakan batin sang penulis. Buku ini salah satu kunci untuk membuka pintu korea," jelas Maman.

Buku antologi cerpen korea ini diterbitkan atas kerjasama Penerbit Gramedia dan Korea Foundation. Buku ini resmi diluncurkan pada Kamis (29/8) di Central Park Mall Jakarta. Buku yang berisi 14 cerpen karya sastrawan periah penghargaan Korea Selatan ini memotret ragam fenomena terkini di Korea dengan tema dan teknik pencitraan yang bervariasi.

Ke-14 sastrawan tersebut antara lain Kim Yeon-su, Sim Sang-dae, Park Wan-suh, Paik Ga-huim, Kang Young-sook, Oh Hyun-jong, Kim Ae-ran, Kim Jong-ok, Lee Young-hoon, Lee Je-ha, Kim Sum, Cho Hae-Jin, Choi Eun-mi dan Kim E-whan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement