REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengkonfirmasi laporan kualitas udara indeks standar pencemaran udara (ISPU) di daerah-daerah yang tengah mengalami kebakaran hutan dan lahan (karhutla) seperti Pekanbaru, Riau dan Kota Sampit, Kalimantan Tengah berbahaya hingga Selasa (17/9) pagi. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Anung Sugihantono mengutip data ISPU Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) hingga Selasa (17/9) pagi pukul 05.00 WIB menyebut enam provinsi yang mengalami karhutla yaitu Riau, Jambi, Sumatra Selatan (Sumsel), Kalimantan Barat (Kalbar), Kalimantan Tengah (Kalteng), dan Kalimantan Selatan (Kalsel) menunjukkan adanya pencemaran udara.
"Pencemaran udara di Pekanbaru dan Kota Sampit berwarna hitam atau berbahaya, Palembang merah tua yang artinya sangat tidak sehat, Jambi dan Kalbar berwarna kuning atau sedang, dan Kalsel hijau atau baik," ujarnya saat ditemui di kantor Kemenkes, di Jakarta, Selasa (17/9).
Kondisi ini, muncul akibat pencemaran udara di provinsi-provinsi ini seiring dengan banyaknya titik panas (hotspot). Di Riau tercatat ada 1.835 titik panas, Jambi 123 titik panas, Sumsel 948 titik panas, Kalbar 3.222 titik panas, dan Kalsel 456 titik panas. Pencemaran udara di provinsi terdampak karhutla membuat pihaknya mengimbau supaya masyarakat setempat jangan mendekati asap karhutla. Masyarakat diminta jangan berkumpul di asap yang mengarah ke dirinya.
"Kemudian masyarakat memakai masker wajah ketika keluar rumah, kalau asapnya pekat bisa menggunakan masker N95. Di masing-masing rumah juga harus dipasangi penjernih udara karena kalau tidak ada ya kondisinya menjadi tidak ideal," katanya.
Ia menambahkan, Dinas Kesehatan di berbagai Kabupaten/kota, provinsi terdampak karhutla hingga Kemenkes sudah mengoperasikan pos kesehatan di Kalsel, Riau, Jambi, dan Kalteng.
"Kami juga menyiagakan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) 24 jam untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat terdampak," ujarnya.