REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Kota Hong Kong bersih-bersih dan kembali membuka layanan kereta setelah protes akhir pekan yang kadang-kadang disertai kekerasan, Senin (23/9). Protes akhir pekan memperlihatkan aktivis pro-demokrasi merusak stasiun kereta api dan pusat perbelanjaan.
Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa, Ahad (22/9). Bentrokan terbesar terjadi di dekat stasiun Mass Transit Railway (MTR), yang sekarang menjadi sasaran serangan. Stasiun sering ditutup atas perintah pemerintah untuk menghentikan para demonstran berkumpul.
Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di New Town Plaza di kota New Territories, Sha Tin pada Ahad meneriakkan: "Berjuang untuk kebebasan" dan "Bebaskan Hong Kong."
Para aktivis menginjak-injak bendera China di dekat stasiun kereta api dan mengepung seorang pria yang mereka yakini menentang mereka. Para pengunjuk rasa juga menghancurkan kamera video dan loket tiket di stasiun.
Beberapa mulai membuang sampah di pintu masuk mal. Para pengunjuk rasa kemudian tumpah-ruah ke luar tempat mereka membakar barikade yang terbuat dari kardus, pohon-pohon palem patah, dan puing-puing lainnya.
Pengelola MTR mengatakan pada Senin layanan kereta api telah kembali normal. Mantan koloni Inggris itu berada di ambang peringatan 70 tahun berdirinya Republik Rakyat pada 1 Oktober dengan pihak berwenang ingin menghindari adegan yang dapat mempermalukan pemerintah pusat di Beijing.
Pemerintah Hong Kong telah membatalkan pertunjukan kembang api besar untuk menandai hari atas kemungkinan terjadi bentrokan lebih lanjut. China, yang memiliki garnisun Tentara Pembebasan Rakyat di Hong Kong, mengatakan memiliki keyakinan pada pemimpin Hong Kong Carrie Lam untuk menyelesaikan krisis.
Demonstran frustrasi pada apa yang mereka lihat sebagai pengetatan China atas pusat keuangan Asia, yang kembali ke China pada 1997 di bawah formula "satu negara, dua sistem". Sistem itu dimaksudkan menjamin kebebasan yang tidak dinikmati di daratan.
China mengatakan berkomitmen pada pengaturan "satu negara, dua sistem" dan menyangkal ikut campur. Hong Kong juga menandai ulang tahun kelima akhir pekan ini dari dimulainya protes pro-demokrasi "Gerakan Payung" yang gagal merebut konsesi dari Beijing.
Para pemrotes anti-pemerintah, banyak yang bertopeng dan mengenakan pakaian hitam, telah menyebabkan kekacauan sejak Juni, melemparkan bom bensin ke polisi, menghancurkan stasiun metro, memblokir jalan-jalan bandara dan menyalakan api jalanan.