Senin 07 Oct 2019 08:40 WIB

Bamsoet Harap Jokowi Tunjuk Menteri yang Responsif

Joko Widodo agar memilih menteri yang responsif terhadap aspirasi masyarakat.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Andi Nur Aminah
Bambang Susatyo
Foto: Republika/Wihdan
Bambang Susatyo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo berharap Presiden Joko Widodo memilih menteri yang responsif terhadap aspirasi masyarakat. Sebab, berbagai permasalahan di setiap daerah itu berbeda-beda. Sehingga memerlukan penanganan yang berbeda.

"Papua dapat dijadikan contoh kasus. Dalam lima tahun terakhir, Pemerintah telah memberi perhatian lebih kepada Papua. Namun, segala sesuatu yang telah dikerjakan di Papua itu ternyata belum bisa memuaskan semua elemen masyarakat di Papua," ujar Bamsoet lewat keterangan tertulisnya, Senin (7/10).

Baca Juga

Menteri periode 2019-2024, juga diharapkan lebih komunikatif dengan berbagai pihak, khususnya masyarakat. Meskipun pemilihannya nanti merupakan hak prerogatif dari presiden.

"Menteri yang komunikatif dengan publik amat diperlukan agar dia mau mendengar dan menyerap aspirasi publik. Penyerapan aspirasi itu kemudian direspons para menteri melalui program kerja dan kebijakan atau peraturan menteri," ujar Bamsoet.

Selain menteri, para legislator dan senator diharapkan juga lebih aktif dalam mendengarkan aspirasi dari masyarakatnya. Agar pihak pemerintah dan parlemen dapat bersama-sama menyelesaikan permasalahan mereka.

Sebab hasil kerja pemerintah dan parlemen periode 2014-2019 dinilainya sudah cukup baik. Namun, berbagai permasalahan dan demonstrasi harus menjadi renungan agar lebih baik lagi ke depannya. "Rangkaian pesan dari unjuk rasa dan peristiwa itu secara tidak langsung menjadi masukan bagi pemerintah baru nantinya, dan juga masukan bagi DPR, MPR dan DPD," ujar Bamsoet.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement