REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Menteri Pertahanan Jenderal TNI Purn Ryamizard Ryacudu menegaskan Papua merupakan bagian integral dari Indonesia yang sudah final. Sehingga tidak perlu ada perdebatan lagi. "Mari kita bangun Papua tercinta ini menuju masyarakat yang adil makmur dan sentosa didalam wadah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945," kata Menhan Ryamizard saat menyapa Masyarakat Papua dan Papua Barat, di Mega Futsal, Abepura, Jayapura, Papua, Kamis (10/10).
Sebelum menyapa masyarakat Papua dan Papua Barat, Menhan sempat bertemu dengan tokoh adat dari tujuh wilayah di Papua dan Papua Barat. Ryamizard menyebutkan, sejak Proklamasi Kemerdekaan 1945, semua wilayah jajahan Belanda diambil aih oleh pemerintah Indonesia yang sah, termasuk Papua.
Walaupun pada saat itu penyerahan Papua ke tangan Indonesia sempat tertunda oleh pemerintah Belanda akibat adanya kepentingan dari pihak Belanda pada saat itu, kemudian Papua baru kembali ke pangkuan Indonesia pada tahun 1962 dengan New York Agreement. New York Agreement ini kemudian disahkan oleh PBB tahun 1969 melalui Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat) yang hasilnya 100 persen rakyat Papua menginginkan untuk tetap menjadi bagian integral dari Indonesia.
"Sekarang saatnya kita membangun bangsa ini dan mengisi kemerdekaan yang sudah diperjuangkan oleh para pahlawan pendahulu kita. Perkecil perbedaan dan perbesar persamaan, torang samua basudara, satu bangsa, satu tanah air, satu negara dan satu tujuan," kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ini.
Ia kembali mengingatkan bahwa Papua ini adalah bagian sah dari NKRI yang sudah berusia 74 tahun.
"Ini tugas kita bersama. Sebagai duta-duta bela negara, saudara bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan NKRI selamanya. Kobarkan terus di dada kalian NKRI dan Pancasila harga mati," kata Menhan.
Menurut Ryamizard, Indonesia telah selesai dengan dasar negara. Dia mengajak masyarakat Papua untuk memperkuat persatuan untuk menyongsong masa depan dengan penuh harapan agar bangsa Indonesia tetap maju.
"Kita sudah selesai kalau bicara pondasi bangsa, falsafah bangsa dan NKRI. Sekarang saatnya kita berpikir ke depan. Mari kita rapatkan barisan dan perkuat persatuan serta menatap masa depan yang penuh harapan dalam berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia supaya bangsa ini tetap maju, bangsa ini tetap ada sepanjang zaman," paparnya.
Dalam era globalisasi ini, Ryamizard juga mengingatkan untuk memperkuat identitas bangsa. "Dalam persaingan era globalisasi baru saat ini, yang kuat identitas dan persatuan nasionalnya akan keluar jadi pemenang, sementara yang kalah akan jadi pecundang dan akan terus dieksploitir kekayaan alamnya. Jadi tidak ada pilihan lagi bangsa Indonesia harus kuat dan menjadi pemenang," tutur Ryamizard.
Ryamizard menyontohkan hewan semut sebagai suatu kekuatan persatuan. Nilai-nilai yang ditunjukkan semut sebagai bentuk dari bela negara. "Oleh karenanya persatuan nasional itu menjadi sangat penting. Mengapa semut bisa mengalahkan gajah? Karena semut itu memiliki etos budaya persatuan yang sangat tinggi, mereka tidak pernah bicara tentang dirinya, mereka selalu bersatu dan gotong royong dalam menyelesaikan setiap permasalahan, mereka saling menghormati satu sama lain dan ketika mereka bersatu mereka kuat sekali, itulah bela negara," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Menhan menambahkan Pancasila adalah perekat bangsa Indonesia dari Sabang sampai ke Papua ini, dari Pulau Rote hingga Pulau Miangas. Perekatnya adalah Pancasila. Oleh karena itu, sudah menjadi kesepakatan dan tugas bersama untuk selalu menjaga dan melestarikan Pancasila sebagai identitas bangsa yang harus selalu tercermin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Pancasila adalah ideologi negara yang sudah final dan tidak boleh ditawar-tawar lagi. Kita semua harus bangga dengan Pancasila," jelas Menhan.
Pancasila telah terbukti ampuh mempersatukan beribu-ribu perbedaan mulai dari suku bangsa, budaya, ras dan agama. "Ini merupakan ideologi yang ajaib dan hebat. Karena itu tidak ada alasan bagi kita semua untuk tidak menjaga Pancasila," tutur Ryamizard Ryacudu.