REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan, Arab Saudi akan membayar untuk mendatangkan tentara Amerika tambahan di wilayah kerajaan itu. Pembayaran untuk tentara tambahan itu pun merupakan permintaan sendiri dari Saudi.
"Kami mengirim lebih banyak pasukan ke Arab Saudi. Arab Saudi, atas permintaannya, telah setuju untuk membayar kami atas semua yang kami lakukan untuk membantu mereka dan kami menghargai itu," kata Trump pada hari Jumat (11/10).
Departemen Pertahanan AS sebelumnya mengatakan, pemerintahan Trump akan mengerahkan 3.000 personel militer tambahan serta sistem pertahanan udara ke Arab Saudi. AS siap mengirimkan dua skuadron tempur, satu Sayap Ekspedisi Udara (AEW), dua baterai Patriot, dan satu Terminal Sistem Pertahanan Area Ketinggian Tinggi (THAAD).
"Atas permintaan Komando Sentral AS, Menteri Pertahanan Mark Esper mengizinkan penyebaran pasukan AS tambahan dan peralatan ke Kerajaan Arab Saudi," kata juru bicara Departemen Pertahanan Jonathan Hoffman dalam pernyataan itu.
Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Politik-Militer Clarke Cooper, dijadwalkan mengunjungi Riyadh, Amman, dan Doha pada akhir pekan ini. Kedatangannya untuk memperkuat komitmen kerja sama keamanan regional yang akan berhadapan dengan agresi Iran.
Cooper pun akan bergabung dengan Wakil Menteri Pertahanan John Rood untuk pertemuan Komite Perencanaan Bersama Strategis di Riyadh. Mereka dan Saudi akan berkonsultasi tentang keamanan regional dan kerja sama pertahanan.
Sedangkan, Cooper akan bertemu dengan para pejabat Yordania di Amman untuk membahas tantangan keamanan regional dan peluang untuk memperluas logistik dan kemitraan penjualan senjata. Upaya tersebut, menurut Departemen Pertahanan, dalam mendukung kekuatan Angkatan Bersenjata Yordania untuk mengamankan perbatasannya, melawan ancaman teroris, berpartisipasi dalam operasi koalisi, dan membela wilayah nasional.
Selama perhentian terakhirnya di Doha, Cooper akan berpartisipasi dalam konferensi militer yang diselenggarakan oleh Komando Sentral AS (CENTCOM). Dia akan membahas masalah keamanan dengan para pejabat Qatar.
Serangan pesawat nirawak ke dua pabrik Saudi Aramco, di Abqaiq dan Khurais, dilakukan pada 14 September. Kerusakan signifikan terjadi pada fasilitas pengolahan dan mempengaruhi produksi sekitar 5,7 juta barel minyak mentah per hari.
Peristiwa penghancuran fasilitas itu telah diakui oleh gerakan Houthi Yaman. Hanya saja, AS dan Arab Saudi menduga itu merupakan ulah Iran dari skala kerusakan dan teknologi yang digunakan. Teheran pun membantah berperan dalam insiden itu.