REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Wakil Bupati Sleman, DIY, Sri Muslimatun, mengatakan pertanian, perikanan, dan pangan masih jadi sektor unggulan perekonomian daerah. Bahkan, ia menilai, terus terjadi kenaikan produksi dan ketersediaan.
Pada 2018, misal, produksi di Sleman mencapai 249.863 ton dengan tingkat konsumsi masyarakat mencapai 172.492 ton. Bahkan, surplus beras sebanyak 78.867.75 ton dengan luas lahan sawah 18.137 hektare.
Yang menarik, Sleman yang seluruh wilayahnya daratan memiliki angka ketersediaan ikan per kapita per tahun yang tinggi. Pada 2018 saja, ada sebesar 33,99 kilogram per kapita per tahun.
Angka itu naik 3,16 persen dibanding 2017 sebesar 32,95 kilogram per kapita per tahun. Ini membuat tingkat ketersediaan ikan konsumsi di Sleman lebih tinggi dibandingkan ketersediaan ikan konsumsi di DIY.
"Yaitu sebesar 32,16 kilogram per kapita untuk 2018. Nilai tukar petani meningkat 11,97 dari 107,05 pada 2017 menjadi 119,02 pada 2018," Sri, saat Gelar Potensi di UPTD BP4 Wilayah I.
Sri mengingatkan, peningkatan usaha pertanian tidak hanya menekankan kemampuan produksi tapi juga teknik pemasaran. Karenanya, gelar potensi secara terpadu bisa jadi agenda strategis membangun jaringan pasar.
"Bahkan, dengan kemudahan media daring saat ini yang tengah menjadi tren dunia usaha, tentunya membuka pangsa pasar produk pertanian," ujar Sri.
Sri berpendapat, gelar potensi dapat mendukung terwujudnya swasembada pangan. Sekaligus, lanjut dia, dapat memperpendek rantai pemasaran yang secara tidak langsung bisa meningkatkan kesejahteraan petani.
Pada kesempatan itu, Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Heru Saptono berharap, gelar potensi ini dapat mendekatkan produsen dan konsumen. Sehingga, terjadi transaksi besar.
"Kelompok Wanita Tani (KWT) yang sudah bisa menghasilkan produk ini lebih dekat ke konsumen harapannya nanti dapat meningkatkan kesejahteraan petani di wilayah Kecamatan Moyudan," kata Heru.