Rabu 06 Nov 2019 14:47 WIB

Politikus Pro Cina Ditusuk di Hong Kong

Junius Ho ketika berkampanye di daerah pemilihannya.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Polisi mengejar seorang pengunjuk rasa Hong Kong.
Foto: AP Photo/Kin Cheung
Polisi mengejar seorang pengunjuk rasa Hong Kong.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Anggota parlemen pro Cina Junius Ho diserang secara langsung di Hong Kong. Dia mendapatkan luka tusukan ketika berkampanye di daerah pemilihannya, Rabu (6/11).

Sosok yang mencalonkan diri dalam pemilihan dewan distrik mendatang itu terlihat mendapatkan serangan dari video yang beredar. Gambar itu menunjukkan seorang pria mendekati dan berbicara dengan Ho. Pria itu lalu meraih ke dalam tasnya dan mengeluarkan alat, yang diyakini sebagai pisau, dan menusuk Ho.

Baca Juga

Menurut Hong Kong Free Press, penyerang tersebut telah ditangkap oleh polisi. Ho dibawa ke rumah sakit Tuen Mun untuk mendapatkan perawatan segera.

Dikutip dari the Guardian, Ho mendapat kecaman setelah ditangkap di sebuah video berjabatan tangan dengan para pria berbaju putih. Video tersebut mengikuti serangan terhadap pengunjuk rasa dan penumpang MTR lainnya oleh sekelompok pria dengan kaus putih di stasiun MTR Yuen Long pada Juli.

Insiden itu mengakibatkan 45 orang terluka. Orang-orang yang bersalaman dengannya, menurut Ho, tidak memiliki hubungan dengan para penyerang di Yuen Long.

Serangan terhadap Ho terjadi di tengah lima bulan kerusuhan politik di Hong Kong. Protes lebih lanjut direncanakan pada Rabu di beberapa universitas Hong Kong.

Demonstrasi besar juga baru saja terjadi dengan pawai bertema Guy Fawkes pada Selasa. Polisi menembakkan meriam air untuk membubarkan pengunjuk rasa yang mulai melakukan aksi kekerasan dan penghancuran fasilitas.

Sebelum itu, Partai Komunis Cina mengatakan, tidak akan menoleransi perilaku separatis di Hong Kong, setelah beberapa pemrotes menyerukan kemerdekaan. Mereka pun akan mencoba membuat peraturan untuk pemilihan pemimpin di wilayah tersebut.

Protes bermula dari tuntutan terhadap RUU ekstradisi kontroversi yang akhirnya meluas, seperti meminta diakhirinya campur tangan orang Cina dalam urusan wilayah, serta hak pilih universal dan penyelidikan independen terhadap dugaan kebrutalan polisi. Unjuk rasa yang terus berulang menjadi tantangan besar bagi Presiden Cina Xi Jinping sejak ia berkuasa pada 2012.

Cina membantah ikut campur dan menyalahkan pemerintah asing karena memicu kerusuhan. Xi bertemu dengan pemimpin Hong Kong Carrie Lam pada Selasa di Shanghai, menjamin dukungan untuk pemerintahannya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement