Jumat 08 Nov 2019 18:53 WIB

Film Bisu Angel Sign Libatkan Sutradara Lintas Negara

Angel Sign menjadi film pembuka Japanese Film Festival (JFF) 2019 di Jakarta.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Sineas dan penyelenggara Japanese Film Festival (JFF) 2019 pada konferensi pers di CGV Grand Indonesia, Jakarta, Selasa (5/11).
Foto: Republika/Shelbi Asrianti
Sineas dan penyelenggara Japanese Film Festival (JFF) 2019 pada konferensi pers di CGV Grand Indonesia, Jakarta, Selasa (5/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film bisu Angel Sign akan membuka gelaran Japanese Film Festival (JFF) 2019 di Jakarta, Kamis (7/11) malam. Sinema omnibus itu melibatkan sutradara lintas negara dari Jepang, Indonesia, Vietnam, dan Thailand.

Produser film, Yusei Kato, menyampaikan bahwa Angel Sign merupakan gabungan lima film pendek yang dirangkai menjadi satu. Cerita-cerita tersebut merupakan pemenang Silent Manga Audition, yang menjaring lima manga dari total 6.888 di 108 negara.

Baca Juga

Angel Sign menjadi debut penyutradaraan Tsukasa Hojo yang dikenal sebagai pencipta manga "City Hunter". Hojo menyutradarai bagian prolog dan epilog Angel Sign, serta merangkai bagian lain yang disutradarai Kamila Andini, Nonzee Nimibutr, Ken Ochiai, Ham Tran, dan Masatsugu Asahi.

Sinema berdurasi 105 menit tersebut sama sekali tidak memiliki dialog, hanya kombinasi visual dan lantunan musik. Menurut Kato, hal-hal yang menyentuh hati manusia adalah bahasa baku yang menurutnya pasti dipahami di seluruh dunia.

"Film kami melampaui dinding bahasa. Setelah menonton film tanpa dialog ini, semoga penonton akan menemukan dialog-dialog dalam diri sendiri. Berharap penonton bisa berempati dan terhubung dengan nilai-nilai dalam film," kata Kato.

Sutradara Indonesia Kamila Andini menyutradarai bagian dari Angel Sign yang bertajuk "Back Home". Dia menjelaskan, bagian itu mengadaptasi manga asal Vietnam sehingga butuh penyesuaian budaya dan latar belakang.

Dia cukup terkejut karena mendapat tawaran penyutradaraan usai pemutaran film bisunya yang berjudul Sekala Niskala di Tokyo, Jepang, 2017 silam. Dia merasa beruntung bisa kembali menyutradarai film bisu dan kian tertantang karena merupakan adaptasi komik.

"Sebagai film maker, saya selalu ingin bercerita lewat bahasa visual, bahasa gambar. Kerja sama yang menyenangkan karena memberikan saya kebebasan penuh," kata perempuan 33 tahun itu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement