Rabu 13 Nov 2019 03:52 WIB

Indonesia Bidik Pusat Fashion Muslim Dunia

Industri fesyen nasional memiliki daya saing,

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Agung Sasongko
Keinginan Indonesia untuk bisa dikenal di bidang mode diharapkan bisa segera terwujud, terutama di bidang fesyen Muslim.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Keinginan Indonesia untuk bisa dikenal di bidang mode diharapkan bisa segera terwujud, terutama di bidang fesyen Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong pertumbuhan industri fesyen Muslim. Sejumlah program pun disiapkan demi menjadikan Indonesia sebagai pusat fesyen Muslim dunia pada 2020.

Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kemenperin (IKMA) Gati Wibawaningsih mengatakan, kementerian melakukan bimbingan teknis dan meningkatkan capacity building para pelaku IKM fesyen Muslim. Termasuk bimbingan dan sertifikasi SKKNI pakaian jadi, pembuatan platform clothing line sebagai implementasi industri 4.0, serta uji coba pasar dalam dan luar negeri. 

Baca Juga

Kementerian, kata dia, juga menggelar program Modest Fashion Project (MOFP) sejak 2018 lalu. "Program tersebut bertujuan melahirkan wirausaha baru IKM fesyen Muslim yang mandiri dan berdaya saing," jelas Gati kepada wartawan usai membuka Inagurasi MOFP 2019 di FX Sudirman, Jakarta, Selasa, (12/11).

Seleksi MOFP dilakukan melalui kompetisi desain dan konsep bisnis. Dari 319 peserta, dipilih sebanyak 20 finalis terbaik yang berhak mendapat pelatihan, diberikan fasilitas izin usaha, Hak Kekayaan Intelektual (HKI), serta akses pasar. 

Pada 12 sampai 16 November 2019, Kemenperin mengadakan Inagurasi MOFP sebagai puncak acara. Karya 10 finalis akan ditampilkan pula dalam perhelatan itu. 

Gati menuturkan, industri fesyen merupakan salah satu sektor dari 16 kelompok industri kreatif yang berperan penting dalam perekonomian nasional. Kontribusi yang diberikan oleh sektor tersebut terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan devisa negara cukup besar. 

Sampai September 2019, nilai ekspor produk fesyen Indonesia mencapai 9,2 miliar dolar AS. Dengan begitu berkontribusi sebesar 9,8 persen terhadap total ekspor industri pengolahan. 

"Ini menunjukkan industri fesyen nasional memiliki daya saing di pasar internasional dan harus terus dikembangkan. Apalagi Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia mencapai 222 juta jiwa atau 87 persen dari total penduduk," jelas Gati. 

Pada 2030, lanjutnya, jumlah Muslim di Tanah Air diprediksi menembus 238 juta jiwa. Permintaan produk fesyen Muslim nasional pun akan meningkat. 

Sebagai bentuk komitmen Kemenperin mendukung industri fesyen Muslim, kementerian berencana menyelenggarakan Indonesia Industrial Moslem Exhibition (ii-motion) pada 2020. Ii-motion merupakan pameran yang akan menampilkan potret industri terkait dengan halal lifestyle di Indonesia. 

"Jadi meliputi komoditi fesyen, kosmetik, perhiasan, aksesoris, makanan dan minuman. Termasuk platform digital yang mendukung industri halal dan ekonomi syariah," jelas dia.

Perlu diketahui, peluang pasar produk fesyen muslim terus mengalami peningkatan. The State of Global Islamic Economic Report menyatakan, konsumsi fesyen muslim dunia mencapai 270 miliar dolar AS dan pada tahun 2022 diproyeksikan konsumsi fesyen Muslim naik menjadi 373 miliar dolar AS. 

Sementara untuk pasar domestik, Gati menyebutkan, konsumsi produk fesyen Muslim mencapai 20 miliar dolar AS dengan laju pertumbuhan rata-rata 18,2 persen. "Industri Fesyen Muslim merupakan bagian dari industri fesyen yang dalam satu dekade terakhir ini mengalami pertumbuhan cukup signifikan. The State of Global Islamic Economic nyatakan pula, Indonesia negara dengan pertumbuhan fesyen Muslim terbaik kedua di dunia setelah Uni Emirat Arab," tutur Gati.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement