REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Mantan presiden Bolivia Evo Morales dilaporkan terbang ke Meksiko pada Selasa (12/11) untuk mencari suaka setelah ia mengundurkan diri pada Ahad (10/11). Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard mengatakan, Morales berada di bawah perlindungan Meksiko setelah ia dilaporkan meninggalkan Bolivia pada Senin (11/11) malam dengan jet Angkatan Udara Meksiko.
"Hidup dan integritasnya dalam keadaan aman," cicit Ebrard di Twitter.
Dalam cicitannya, Erbard juga mengunggah foto Morales berada dalam pesawat jet sambil memegang bendera Meksiko di pangkuannya. Tak ada senyum di wajah pemimpin yang pernah berkuasa selama 14 tahun itu.
Dalam cicitannya di Twitter, Morales berterima kasih kepada Meksiko. Namun, ia mengaku sedih karena harus meninggalkan Bolivia karena alasan politik.
"Sungguh menyakitkan hati untuk meninggalkan negara saya karena alasan politis. Namun, saya selalu peduli," cicit Morales. "Saya akan segera pulang, dengan kekuatan dan energi."
Sebelum meninggalkan Bolivia, Morales juga mengunggah foto di Twitter. Dalam foto tersebut Morales terlihat sedang berbaring di lantai sambil menggenggam telepon pintar. Ia menggunakan selimut yang dijadikan alas tidur.
Sebelumnya Erbard mengingatkan bahwa hidup Morales dalam bahaya. Meksiko, katanya, menawarkan suaka sebagai bagian dari tradisi lama yang mengakar di Meksiko untuk menerima orang yang melarikan diri dari negara mereka. Dukungan Meksiko ini mengukuhkan sosok Morales sebagai pemimpin yang memiliki dukungan diplomatik yang kuat dari para pemimpin sayap kiri di Amerika Latin.
Pemerintah Meksiko mengatakan bahwa Morales dikudeta karena taktik itu melanggar konstitusi Bolivia. Namun, Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador memuji keputusan Morales untuk mengundurkan diri dibandingkan membahayakan nyawa rakyat Bolivia.
Keputusan mundur presiden adat pertama Bolivia ini terjadi setelah protes yang berlangsung selama beberapa pekan. Tuntutan unjuk rasa menunjuk adanya kecurangan dalam pemilihan presiden (pilpres) pada 20 Oktober.
Pada Ahad, Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) menyampaikan laporan yang memberatkan ke dalam penyimpangan serius selama pilpres tersebut. Laporan ini pun mendorong partai sekutu yang berkuasa untuk mundur. Tentara pun mendesak Morales untuk mundur.
Pada Senin malam, pendukung Morales berbaris menuju kota tempat para pemrotes oposisi berada. Kondisi ini membuat polisi membentuk barikade dan mempersenjatai diri untuk kemungkinan terjadinya bentrokan.
Polisi mengatakan, kerumunan sedang berbaris dari kota terdekat El Alto. Sementara itu, di sekitar alun-alun Murillo pusat dan bagian lain kota, pengunjuk rasa dari oposisi membangun penghalang jalan yang terbuat dari potongan logam dan puing-puing lainnya.
Atas kondisi yang makin mencekam, Komandan Angkatan Bersenjata Bolivia Williams Kaliman telah memerintahkan pasukan untuk melakukan operasi bersama dengan polisi. Mereka bergabung dalam menghadapi kelompok yang dituding akan melakukan perusakan.
Pengunduran diri Morales menambah krisis di Amerika Latin. Selama berpekan-pekan kerusuhan terjadi di Ekuador dan Cile. Para pengunjuk rasa di dua negara itu meminta pemerintah mundur karena menaikkan harga bensin dan tarif transportasi publik.
Wakil Presiden Kedua Bolivia dan politikus oposisi Jeanine Anez (tengah) sambil memegang Alkitab mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara Bolivia dari atas balkon Istana Quemado di La Paz, Bolivia, Selasa (12/11).
Deklarasikan diri
Di tengah kevakuman kekuasaan, politisi oposisi di senat, Jeanine Anez, mendeklarasikan diri sebagai presiden. Anez merupakan salah seorang wakil ketua senat. Partainya, Movimiento Demócrata Social (MDS), dikenal sebagai anti-Morales.
Dengan emosional, ia mengumumkan akan mengambil alih senat untuk sementara. Langkah ini dilakukan meski belum mendapat persetujuan dari kongres yang dikendalikan para pendukung Morales. Jika kongres menyetujuinya, ia akan menjadi kandidat untuk duduk di kursi presiden.
"Maafkan kalau suara saya tak karuan," kata Anez sambil sibuk menghapus air matanya setelah tiba di gedung kongres dengan pengawalan ketat. "Sungguh sulit melihat sesama warga Bolivia saling bentrok, tak peduli di pihak mana mereka berada. Mereka diperlakukan tidak seharusnya. Saya memohon kepada Anda semua untuk menghentikan kekerasan."
"Saya akan sejalan dengan hukum. Negara ini akan menyerukan pilpres baru. Ini hanya tahap transisi," kata Anez yang dikutip Anadolu. n lintar satria/dwina agustin, ed: yeyen rostiyani