REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor mengutuk aksi bom bunuh diri yang terjadi di Mapolrestabes Medan, Sumatra Utara Rabu (13/11). Ketua Kajian Strategis PP GP Ansor Mohammad Nurzzaman menyebut aksi bom bunuh diri itu sebagai tindakan brutal dan tidak beradab.
“Kami mengutuk aksi bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan. Ini adalah aksi terorisme. Tindakan ini adalah tindakan brutal dan tidak beradab,” tegas Nuruzzaman seperti rilis yang diterima Republika.co.id pada Rabu (13/11).
Menurut Nuruzzaman, pihaknya menduga aksi terorisme ini dilakukan oleh anggota Jamaah Ansoru Daulah/ISIS yang ingin balas dendam atas tewasnya Abubakar Al Bagdadi, khalifah atau pemimpin ISIS. “Kami menduga aksi terorisme ini dilakukan JAD/ISIS. Tujuannya balas dendam atas tewasnya pemimpin mereka, khalifah ISIS, yakni Abubakar Al Bagdadi,” kata Nuruzzaman.
Nuruzzaman menjelaskan alasan pihaknya menduga pelaku bom bunuh diri ini adalah JAD/ISIS karena sebenarnya ISISER (pengikut ISIS, Red) selnya tengah mati (offline) atau terputus. Selama ini, lanjut dia, dalam melakukan komunikasi jaringan ini menggunakan media sosial.
“Sel ISIS sekarang terputus. Namun dari informasi yang kami dapatkan, pelaku bom bunuh diri ini sudah berbaiat mati untuk ISIS untuk membalas dendam atas kematian Abu Bakar Al Baghdadi. Besar kemungkinan juga pelaku ini masih jejaring dari Abu Rara, pelaku penusukan mantan Menkopolhukam Jenderal (Purn) Wiranto, di Banten, beberapa waktu lalu,” kata Nuruzzaman.
Nuruzzaman mengatakan pihaknya mendukung aparat kepolisian untuk membongkar dan menindak tegas para pelaku dan jaringannya. “Kami juga mendesak pemerintah dalam hal ini kementerian yang diberikan tugas khusus menangkal radikalisme untuk serius mencegah paparan radikalisme di masyarakat, terutama di lingkungan ASN dan BUMN,” katanya.