REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terorisme adalah sebuah aksi yang tidak datang secara tiba-tiba. Tahapan seseorang memilih jalan kekerasan adalah diawali dengan kontaminasi doktrin radikalisme. Karena itulah, menyelamatkan bangsa dari aksi terorisme sejalan dengan pentingnya menyelamatkan anak bangsa dari virus dan doktrin intoleransi, kebencian, dan ajakan kekerasan yang bisa menyasar siapapun dan di manapun.
“Paham-paham radikalisme ini banyak bertebaran di media sosial (medsos) walaupun offline juga ada. Nah, anak muda sebagai generasi milenial ini kan gak bisa jauh dari yang namanya medsos sehingga kita anak-anak muda itu harus bisa membentengi diri ketika bermain medsos. Salah satu caranya dengan berfikir kritis, meningkatkan critical thinking kita. Jadi kalau ada narasi-narasi yang agak aneh, menyebar kebencian, itu kita kritisi dulu, bener gak sih,” ujar mantan Returnis ISIS Nurshadrina Khaira Dhania dalam siaran persnya, Rabu (20/11).
Seperti diketahui, Nursadrina Khaira Dhaina pernah terpapar ideologi dan rayuan paham ISIS melalui medsos saat berada di bangku SMA. Ia bahkan mengajak belasan keluarganya, termasuk ayah, ibu, kakak, adik, nenek, paman, dan lain-lain, pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS pada 2016 lalu. Namun harapannya untuk hidup di negeri khilafah ternyata hanya mimpi belaka.
Di sana, Dhania dan keluarganya hidup tersiksa dengan kebiadaban dan kesadisan ISIS. Janji-janji manis yang pernah ia bayangkan pun tak terbukti. Yang ada, tiap hari ia dipaksa melihat kekerasan dan pembunuhan yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Beruntung, Dhania dan keluarganya bisa melarikan diri keluar dari Suriah dan kemudian berhasil dipulangkan oleh pemerintah Indonesia, melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2017 lalu.
Dari pengalaman pahit itulah, Dhania meminta generasi muda Indonesia untuk benar-benar mewaspadai apapun bentuk propaganda yang dilakukan kelompok ISIS dan radikalisme lainnya. Ia bahkan menggarisbawahi terkait narasi-narasi yang menggunakan dalil-dalil agama.
“Dalam surat Al-Hujurat ayat 6 sendiri kan Tuhan memerintahkan kepada kita untuk selalu memeriksa berita yang datang kepada kita agar tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan kita. Setelah itu kita bertanya kepada orang-orang yang lebih mengetahui, apakah itu aparat pemerintahan atau kepada alim ulama,” tutur gadis berumur 20 tahun itu.
Lebih lanjut Dhania mengatakan sulit untuk mengetahui ciri-ciri orang yang menyebarkan radikalisme karena hal itu berkaitan dengan paham atau ideologi yang ada di kepala.