REPUBLIKA.CO.ID, CIAMIS -- Sebanyak 10 ekor kukang jawa (nycticebus javanicus) dilepasliarkan di Suaka Margasatwa Gunung Sawal, Kabupaten Ciamis, Kamis (28/11). Tercatat tujuh kukang betina dan tiga jantan dilepaskan usai menjalani perawatan di Pusat Rehabilitasi International Animal Rescue (IAR) Indonesia, di Bogor, Jawa Barat (Jabar).
Dokter hewan IAR Indonesia Purbo Priambada mengatakan, kukang-kukang itu belum akan dilepasliarkan secara total. Mereka mesti menjalani habituasi agar beradaptasi terlebih dahulu dengan lingkungan barunya.
Ia menjelaskan, bentuk rumah sementara kukang berada di area terbuka yang dikelilingi jaring dan fiber di kawasan Gunung Sawal. Di area habituasi itu tumbuh berbagai jenis pepohonan untuk pakan alamiah kukang.
"Selama sekitar dua hingga empat minggu kukang dibiarkan beradaptasi dan mengenal lingkungan barunya," kata dia, Kamis.
Menurut Purbo, selama masa habituasi tim akan tetap mengamati dan mencatat perkembangan perilaku primata nokturnal itu setiap malamnya. Ia menambahkan, jika selama masa habituasi semua kukang aktif dan tidak ada perilaku abnormal, baru kukang-kukang itu dapat benar-benar dilepasliarkan ke alam bebas.
Purbo mengatakan, sebagian besar dari kukang yang dilepasliarkan merupakan hasil serahan masyarakat ke sejumlah Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) di Wilayah Jabar dan dititiprawatkan ke IAR Indonesia untuk menjalani rehabilitasi.
Tahapan untuk mengembalikan perilaku alaminya dimulai dari karantina dan pemeriksaan medis guna memastikan mereka tidak mengidap penyakit. Selanjutnya, dilakukan observasi perilaku, pengenalan pakan alami sampai mereka layak, dinyatakan sehat dan siap ditranslokasi untuk jalani habituasi.
Purbo menambahkan, proses panjang ini harus mereka jalani untuk mengembalikan sifat liar alaminya. Mengingat, kondisi kukang saat pertama tiba di pusat rehabilitasi umumnya cukup memprihatinkan.
"Mereka biasanya mengalami stres, trauma, kekurangan gizi hingga perubahan perilaku karena tidak mendapatkan kebutuhan yang sesuai selaiknya kukang yang hidup di alam bebas," kata dia.
Manajer Program IAR Indonesia Robithotul Huda mengatakan, kukang merupakan salah satu primata yang banyak dijadikan hewan peliharaan. Akibat pemeliharaan ini banyak kukang yang akhirnya mati dengan sia-sia dikarenakan penyiksaan yang mereka alami sebelum diperjualbelikan.
Ia menambahkan, tahapan mengembalikan kukang ke alam liar tidak semudah memburu atau mengambilnya di alam. "Membutuhkan tenaga dan biaya besar untuk mempersiapkan kukang kembali ke habitatnya. Proses dan tahapan yang harus dilalui juga membutuhkan waktu relatif panjang dan harus sesuai standar prosedur operasional yang ketat," kata dia.
Menurut dia, tim akan melakukan pemantauan pascapelepasliaran selama minimal enam bulan. Proses pemantauan akan dibantu dengan perangkat radio transmitter, di mana kukang dipasangi radio-collar yang akan memancarkan sinyal ke radio-receiver. Alat itu dinilai membantu tim monitoring kukang untuk mengetahui keberadaannya dan memantau perkembangan adaptasinya di alam.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook