REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Direktur Ovo Karaniya Dharmasaputra membantah Lippo Group melepas saham di aplikasi dompet digital itu. Menurut istilah 'lepas saham' kurang tepat.
"Bukan lepas saham. Sekali lagi saya ulang ya supaya tidak salah kutip," tegas dia kepada wartawan usai menjadi pembicara di Indonesia Digital Conference di Jakarta, Kamis, (28/11).
Ia menjelaskan, perusahaan tengah mencari penambahan modal sehingga kepemilikan saham akan terdilusi. "Misal saya invest, saya kan bisa ada dua pilihan, saat company butuh capital baru, mau tambah kepemilikan modal atau tidak ikut. Kalau tidak ikut, saham saya terdilusi atau milih exit," jelasnya.
Menurut dia, pilihan tersebut normal bagi setiap investor. Maka, lanjutnya, pemegang saham Ovo sekarang tidak hanya Lippo Group. "Pemegang saham Ovo sudah sangat diverse (beragam). Lippo salah satunya," kata Karaniya.
Ia menuturkan, Ovo didirikan oleh Lippo seperti Bukalapak yang didirikan oleh Achmad Zaky atau Gojek oleh Nadiem Makarim. Maka, tidak mungkin Lippo melepas saham Ovo.
Justru, kata dia, perusahaan kini mencari modal lebih karena bisnis Ovo yang semakin besar. "Perusahaan teknologi ini kan melakukan kampanye dan marketing. Usahanya semakin besar, maka harus melakukan fund raising. Wajar kan?" tuturnya.
Sebelumnya, pendiri sekaligus pemilik Lippo Group Mochtar Riady menyebutkan, pihaknya sebagai investor utama OVO akan menjual dua pertiga saham perusahaan itu. Alasannya karena tidak kuat memasok dana atau 'bakar uang' dengan layanan gratis, diskon hingga cash back yang diberikan OVO
Menanggapi itu, Karaniya menjelaskan, bakar uang merupakan proses yang biasa dilakukan perusahaan teknologi. Proses ini, kata dia, berbeda dengan yang dilakukan perusahaan konvensional.
"Semua perusahaan teknologi lakukan ini. Tujuannya mengedukasi publik agar gunakan teknologi mereka," tegas Karaniya.