Jumat 20 Dec 2019 03:14 WIB

Australia Harus Hormati Cina Jika Hubungan Ditingkatkan

Duta Besar Beijing untuk Canberra mengatakan Australia harus tinggalkan kritik Cina

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Duta Besar Beijing untuk Canberra mengatakan Australia harus tinggalkan kritik Cina. Ilustrasi.
Foto: AAP
Duta Besar Beijing untuk Canberra mengatakan Australia harus tinggalkan kritik Cina. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Australia harus meninggalkan kritik terhadap Cina dan melihat perkembangan mitra dagang terbesarnya sebagai peluang jika ingin hubungan bilateral ditingkatkan. Demikian diungkapkan Duta Besar Beijing untuk Canberra pada Kamis (19/12).

Hubungan antara Australia dan mitra dagang terpentingnya telah memburuk dalam beberapa tahun terakhir di tengah tuduhan bahwa Cina ikut campur dalam urusan dalam negeri Australia. Canberra juga khawatir Cina mencari pengaruh yang tidak semestinya di kawasan Pasifik.

Baca Juga

Memburuknya hubungan telah memperketat perdagangan bilateral, mendorong beberapa eksekutif bisnis untuk mendesak pemerintah konservatif Australia untuk memprioritaskan kebijakan ekonomi di atas keamanan nasional dan hak asasi manusia.

Dalam komentar publik yang jarang, Cheng Jingye, duta besar Cina untuk Australia, menggambarkan 2019 sebagai "tahun campur-aduk" untuk hubungan itu. "Saya pikir penting ... untuk melihat perkembangan satu sama lain sebagai peluang, bukan ancaman," kata Cheng kepada wartawan di Sydney.

Australia telah berbulan-bulan berupaya meredakan ketegangan bilateral dengan menahan diri dari kritik publik terhadap Cina. Namun dalam beberapa pekan terakhir, beberapa pejabat senior pemerintah mengatakan Canberra tidak akan dibungkam tentang kekhawatiran seperti militerisasi Cina di Laut Cina Selatan, perlakuannya terhadap etnis minoritas, dan penahanannya terhadap warga negara Australia.

Pada Oktober, Australia mendapat teguran dari Cina ketika mengatakan akan terus berbicara tentang perlakuan terhadap orang-orang Uighur di provinsi Xinjiang di Cina. Cina secara luas dikutuk karena mendirikan kompleks di Xinjiang terpencil yang disebutnya sebagai "pusat pelatihan kejuruan" yang dimaksudkan untuk membasmi ekstremisme dan mengajarkan keterampilan baru.

PBB mengatakan setidaknya satu juta etnis Uighur dan Muslim lainnya telah ditahan. Cheng membantah tuduhan itu.

"Orang-orang Uighur dalam tahanan adalah berita yang benar-benar palsu," kata Cheng yang kemudian menunjukkan kepada wartawan sebuah video yang menggambarkan orang-orang Uighur sebagai radikal. Cheng juga membantah tuduhan Australia bahwa Cina menganiaya seorang penulis Australia kelahiran Cina yang ditahan oleh Beijing selama hampir setahun.

Menteri Luar Negeri Marise Payne mengatakan pejabat konsuler Australia yang baru-baru ini mengunjungi Yang telah melaporkan kondisi yang "tidak dapat diterima". Termasuk isolasi dan interogasi harian kadang-kadang ketika ia dibelenggu.

Cheng bersikeras Cina memperlakukan Yang Hengjun, seorang mantan diplomat Cina yang berubah menjadi jurnalis dan blogger daring, secara manusiawi. Yang secara resmi ditangkap pada Agustus karena dicurigai melakukan spionase, tujuh bulan setelah ia ditahan di kota Guangzhou selatan. Spionase dapat dihukum mati di China.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement