Rabu 22 Jan 2020 13:15 WIB

Partai Republik Tolak Saksi Baru untuk Pemakzulan Trump

Petinggi Partai Republik tampaknya pecah dalam sidang pemakzulan Trump.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Babak baru pemakzulan Trump.
Foto: Republika
Babak baru pemakzulan Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Senat Amerika Serikat (AS) mulai menggelar sidang pemakzulan Presiden Donald Trump. Partai Republik meninggalkan rencana untuk menjejalkan argumen jaksa dan pembela dalam dua sesi sidang.

Sementara, Demokrat mendesak lebih banyak saksi untuk dipanggil ke sidang demi mengungkapkan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan Trump. Perubahan situasi itu menjadi langkah mundur bagi Ketua Senat dari Partai Republik Mitch McConnell dan tim hukum Trump.

Baca Juga

Hal itu juga memperlihatkan adanya perpecahan di antara petinggi Partai Republik, menumbuhkan gejolak politik lebih dalam di sidang pemakzulan ketiga dalam sejarah Amerika yang digelar pada tahun pemilihan umum.

Hakim Agung John Roberts, anggota House of Representative yang bertindak sebagai jaksa dan tim hukum Trump bersumpah memberikan 'keadilan tak memihak'. Tidak ada telepon genggam atau perangkat elektronik yang boleh dinyalakan.

Sidang pembukaan tersebut berlangsung hingga larut malam. Para senator bertahan di tempat mereka sampai 22.30 waktu setempat. Demokrat mengejar apa yang menurutnya mereka satu-satunya kesempatan untuk memaksa para senator melakukan pemungutan suara demi mendapatkan kesaksian lebih banyak lagi.

Namun, Partai Republik menolak permintaan Demokrat untuk meminta dokumen dari Gedung Putih, Departemen Luar Negeri, Departemen Pertahanan dan kantor anggaran AS. Demokrat juga akan gagal untuk menghadirkan saksi kunci.

Partai Republik memiliki 53 kursi sementara Partai Demokrat hanya 47. Demokrat pun gagal memanggil pelaksana tugas kepala staf Gedung Putih Mick Mulvaney untuk bersaksi di sidang.

Seiring berlalunya waktu, McConnell memberikan penawaran kepada Partai Demokrat untuk menggelar pemungutan suara lebih cepat. Tapi Ketua Senat dari Partai Demokrat Chuck Schumer mengatakan pemungutan suara dilakukan pada Rabu ini. Tidak ada kesepakatan yang berhasil diraih.

"Bukan tugas kami untuk membuat ini lebih mudah bagi Anda, tugas kami adalah untuk mempersulit upaya menghilangkan pengadilan yang adil untuk rakyat Amerika," kata ketua komite intelijen House Adam Schiff yang memimpin jaksa dalam persidangan ini, Rabu (22/1).  

Sebelumnya, McConnell mengejutkan para senator dengan menunda persidangan dengan mencabut beberapa peraturan yang ia ajukan. Anggota Republik mengatakan mereka khawatir dengan pandangan politik sidang 'tengah malam'.

Masing-masing pihak mendapatkan waktu selama 24 jam untuk mengungkapkan argumen pembuka mereka yang dilakukan selama tiga sesi sidang. Itu meningkatkan momentum Demokrat untuk memecah kebuntuan dalam isu memanggil saksi baru.

Capitol Hill dipenuhi tamu, salah satunya aktris dan aktivis Alyssa Milano. Sekutu-sekutu terdekat Trump duduk di kursi paling belakang.

"Ini waktunya untuk memulai sidang ini," kata penasihat hukum Gedung Putih Pat Cipollone, ketua tim hukum presiden.

Ia menyuarakan ketidak sabarannya karena pembukaan sidang itu sudah tertunda selama beberapa pekan. Cipollone mengatakan tuduhan House terhadap Trump 'konyol'. Ia bersikeras presiden AS ke-45 itu tidak melakukan kesalahan apa pun.

Tim hukum Trump tidak membantah tindakan Trump yang menahan bantuan militer dan meminta Ukraina untuk menyelidiki kandidat calon presiden AS dari Partai Demokrat Joe Biden. Tapi menurut mereka presiden AS itu tidak melakukan pelanggaran apa pun.

Schiff membuka dakwaan dengan mengatakan pendiri bangsa AS menambahkan pemakzulan dalam konstitusi untuk 'perilaku semacam ini'. Ia mengatakan pemakzulan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan demi kepentingan politik pribadi.

"Yang mengancam keamanan nasional kami, dan mengundang pihak asing mengintervensi proses pemilihan umum yang demokratis," kata Schiff. 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement