REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengumumkan penangguhan 10 penyeberangan perbatasan dari total 13 dengan daratan Cina, Senin (3/2). Keputusan itu diambil dalam upaya untuk mengekang penyebaran virus corona jenis baru.
Desakan terhadap Lam untuk menutup perbatasan sudah dirasakan sejak beberapa waktu lalu. Namun, baru hari ini dia mengumumkan secara resmi menutup hampir seluruh jalur yang menghubungkan dengan daratan China.
Lam juga sudah menutup beberapa operasi perbatasan, termasuk feri lintas batas dan layanan kereta api berkecepatan tinggi ke jalur daratan. Dia mengatakan, menutup seluruh perbatasan akan tidak pantas dan tidak praktis, ditambah lagi itu sikap diskriminatif.
Sebelum Hong Kong memutuskan menutup beberapa pintu perbatasan, keputusan tersebut telah diambil oleh Korea Utara dan Mongolia. Kedua negara itu memberlakukan penutupan akses secara menyeluruh hingga waktu yang belum ditentukan.
Amerika Serikat, Australia, Singapura, Selandia Baru, dan Vietnam adalah beberapa negara yang telah menolak orang asing yang baru-baru ini berada di China. Maskapai global telah menangguhkan atau mengurangi penerbangan langsung ke kota-kota besar di negara itu.
Saat ini jumlah kematian akibat wabah corona di China menjadi 361 kasus dan yang terinfeksi mencapai 17.205. Kematian pertama di luar China dilaporkan terjadi pada pria Cina berusia 44 tahun di Filipina setelah melakukan perjalanan ke sana dari Wuhan.
Setidaknya 171 kasus lainnya telah dilaporkan di Australia, Inggris, Prancis, Jerman, Hong Kong, Jepang, Rusia, Spanyol, Thailand, Amerika Serikat, dan 14 negara dan wilayah lain di luar daratan China. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun telah menyatakan wabah itu sebagai darurat kesehatan publik yang menjadi perhatian internasional, dikutip dari Reuters.