Kamis 06 Feb 2020 10:38 WIB

Kemenangan Trump dan Olokan Bagi Demokrat

Presiden Trump sudah lama mengolok-olok proses pemakzulan terhadap dirinya.

Seorang warga di Salt Lake City, AS, Kamis (6/2), mengangkat papan ucapan terim kasih ke Senator Mitt Romney yang dianggap berani memilih ya untuk Presiden Trump diturunkan dari jabatannya.
Foto: AP
Seorang warga di Salt Lake City, AS, Kamis (6/2), mengangkat papan ucapan terim kasih ke Senator Mitt Romney yang dianggap berani memilih ya untuk Presiden Trump diturunkan dari jabatannya.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Kamran Dikarma, Fergi Nadira, Antara

Keputusan membebaskan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dari pemakzulannya disambut baik kubu Trump. Trump tentunya menilai keputusan tersebut sebagai kemenangan.

Baca Juga

Usai dipastikan lolos dari pemakzulan, Trump langsung berkicau di Twitter. Dia sengaja menargetkan Senator Mitt Romney dan seluruh anggota Kongres dari Partai Demokrat.

Dikutip dari Fox News, Kamis (6/2), tak lama setelah Romney mengatakan akan memilih ya bagi hukuman terhadap Trump atas dugaan penyalahgunaan kekuasaan, Trump langsung mengunggah montase olokan bagi Romney. Montase itu termasuk menampilkan wajah-wajah anggota Demokrat saat Trump berpidato sehari sebelumnya.

Video itu dibuat oleh pengguna Twitter bernama Carpe Donktum. Lagu "Love Hurts" dijadikan latar.

Tampil pula adegan gerak lambat Trump yang tidak bersalaman dengan Nancy Pelosi. "Kondisi Negara kita lebih kuat dari sebelumnya," kata Trump, dalam video.

Montase video Twitter tersebut berakhir dengan kata penutup pidato Trump. Dan Nancy Pelosi yang merobek-robek pidati Trump sebagai latar.

Dalam pidatonya, Romney memaparkan alasan mengapa dia mengambil keputusan demikian. Paling utama adalah sumpah jabatan sebagai seorang Senat untuk menegakkan keadilan.
 
“Saya adalah orang yang sangat religius. Saya bersumpah di hadapan Tuhan sebagai konsekuensi yang sangat besar. Saya tahu sejak awal bahwa bertugas mengadili Presiden, pemimpin partai saya sendiri, akan menjadi keputusan paling sulit yang pernah saya hadapi,” kata Romney.
Gedung Putih menyambut baik putusan senat AS yang memilih untuk membebaskan Presiden Donald Trump dari proses pemakzulan. Bagi Gedung Putih upaya pemakzulan didasari oleh kebohongan.

"Proses pemakzulan berdasarkan serangkain kebohongan," menurut sekretariat Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.

Gedung Putih mengatakan pembebasan Presiden Donald Trump dari tuduhan penyalahgunaan kekuasaan merupakan langkah yang benar. "Seperti yang telah kita katakan selama ini, dia tidak bersalah."

Pada pengambilan suara pada Rabu (5/2) Senat Amerika Serikat (AS) membebaskan Presiden Donald Trump dari pasal-pasal pemakzulan yang diloloskan Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS. Putusan Senat AS itu membebaskan Presiden Donald Trump dari tuduhan penyalahgunaan kekuasaan dan upaya menghalangi Kongres.

Bulan lalu, DPR AS, menyetujui tuduhan bahwa Presiden Donald Trump menyalahgunakan kekuasaannya dengan menekan Ukraina untuk melakukan penyelidikan terhadap pesaing politiknya dari Partai Demokrat, Joe Biden. Trump juga dituduh menghalangi kongres dalam melakukan penyelidikan atas skandal tersebut.

 

Donald Trump menganggap kelolosannya dari pemakzulan tersebut sebagai sebuah kemenangan. “Saya akan membuat pernyataan publik besok (Kamis) pukul 12.00 dari Gedung Putih untuk mendiskusikan kemenangan negara kita dalam pemakzulan hoaks,” ujar Trump melalui akun Twitter pribadinya pada Rabu (5/2).

Trump memang kerap mengkritik proses pemakzulan terhadapnya. Selain minim bukti, dia mengklaim tak diperlakukan secara adil saat pasal pemakzulan dirinya diadopsi di House of Representative AS pada Desember tahun lalu.

Dalam persidangan pada Rabu, 52 anggota Senat menolak dakwaan atau pasal penyalahgunaan kekuasaan terhadap Trump. Sebanyak 48 anggota lainnya menerima pasal tersebut.

Selain penyalahgunaan kekuasaan, Trump juga didakwa menghalangi upaya Kongres dalam melalukan penyelidikan terhadapnya. Sebanyak 53 anggota Senat menolak pasal tersebut sementara 47 lainnya menerima.

Untuk dapat dimakzulkan, diperlukan dua pertiga atau 67 suara di Senat AS. Jika hasil pemungutan suara tak memenuhi angka tersebut, presiden terkait dinyatakan bebas. Dalam pemakzulan ini, Trump dituduh menekan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk menyelidiki kandidat calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden dan anaknya Hunter Biden.

Mereka diduga melakukan praktik bisnis korup di perusahaan gas Ukraina, Burisma. Trump disebut ingin menyisihkan Biden dalam kontestasi pilpres AS yang dijadwalkan digelar November mendatang. Dengan demikian, peluangnya untuk terpilih kembali sebagai presiden terbuka lebar.

Guna memuluskan rencananya itu, Trump menekan Zelensky. Jika penyelidikan terhadap Biden tak dilakukan, Trump mengancam akan membekukan dana bantuan militer sebesar 400 juta dolar AS untuk Ukraina.

"Presiden Trump telah benar-benar terbukti dan sekarang saatnya untuk kembali ke rakyat Amerika," ujar Ketua Tim Kampanye Turmp, Brad Parscale, dikutip kantor berita Reuters, Kamis (6/2).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement