REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Invetasi, Luhut Binsar Panjaitan menilai harga gas dalam negeri memang masih mahal. Hal ini menjadi ganjalan bagi industri untuk bisa bersaing.
Untuk bisa mendapatkan akses harga gas menurut Luhut perlu ada fleksibilitas. Ia menilai memang saat ini pemerintah sudah mengupayakan capping harga gas untuk industri. Tetapi di satu sisi, opsi impor gas juga bisa dilakukan.
Namun, opsi impor ini kata Luhut bukan sekedar impor saja. Mekanisme impor bisa dilakukan untuk daerah yang memang tidak ada pasokan gas atau harga gasnya mahal.
"Kami mau buka peluang, indonesia barat katanya kan bisa dapat harga gas 3 dolar AS per mmbtu. Kalau dari impor bisa 3 dolar AS, maka kita beli aja impor itu," ujar Luhut, Rabu (18/3) malam.
Sedangkan untuk produksi gas di bagian Timur, maka dialokasikan untuk industri di sisi timur. Menurut dia hal ini lebih fleksibel dan bisa menjadi win win solution bagi industri migas.
"Produksi timur ya buat timur aja. Kita harus fleksibel dalam hal ini. Ini bicara juga bagaimana mengatur aset kita dan cerdik mengelola sehingga nilai tambah bsa lebih baik," ujar Luhut.