REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden PKS Sohibul Iman menyoroti Perppu nomor 1 tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19. Ia menilai, Perppu tersebut terlalu menitikberatkan urusan ekonomi dibanding penanganan Covid-19.
"Perppu ini lebih banyak mengatur penanggulangan ancaman krisis ekonomi dibandingkan pencegahan dan penanganan Pandemic Covid-19 itu sendiri. Seharusnya, pemerintah memfokuskan kepada tindakan extraordinary untuk melakukan pencegahan dan penanganan krisis Pandemic Covid-19. Fokus kepada penyebab utama Covid-19 dan bukan akibatnya (ancaman krisis ekonomi)," kata Sohibul dalam surat terbukanya pada Jokowi, Sabtu (4/4).
Sohibul mengingatkan, terkait mekanisme penyelesaian krisis seharusnya pemerintah cukup menggunakan mekanisme yang sudah di tandatangani oleh Presiden Joko Widodo terkait UU No. 9 tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (PPKSK).
Dengan mekanisme baru dalam Perppu No. 1 tahun 2020 ini, menurut Sohibul, potensi terjadinya Skandal BLBI seperti kasus krisis 1998 berpeluang akan terulang lagi. "Moral Hazard akan terbuka lebar dan cost of crisis yang akan ditanggung oleh negara akan sangat tinggi," ujar dia.
Sohibul mengingatkan, seharusnya bangsa ini harus memiliki kesamaan pandangan bahwa keselamatan warga adalah hal yang utama dan pertama di atas segalanya termasuk di atas kepentingan ekonomi. Ia mengutip pandangan para ahli juga sepakat bahwa kondisi ekonomi nasional dan global adalah fungsi dari kecakapan atau kemampuan kita dalam menangani krisis Pandemic Covid-19 ini.
"Jika kita semakin cepat dan tepat meresponsnya maka semakin cepat ekonomi akan pulih. Sebaliknya, jika kita semakin lambat dan tidak akurat dalam menanganinya maka ekonomi juga akan semakin lambat pulihnya," ujar Sohibul.
Menurut Sohibul, bila dibedah, akar masalah dari ekonomi saat ini adalah krisis pandemic Covid-19. Sedangkan ancaman krisis ekonomi hanya merupakan akibatnya.
"Jika kita ibaratkan, ancaman krisis ekonomi sebagai asap kabut yang menutupi pandangan kita maka solusinya bukan menghilangkan asap kabutnya tetapi memadamkan apinya terlebih dahulu," kata dia.
"Kita cari sumber kebakarannya dimana. Padamkan dan cegah penyebaran titik kebakarannya. Karena akan percuma saja jika kita hilangkan asap kabutnya jika sumber apinya tetap membakar dan menyebar kemana-mana," ujarnya.
Karena itu, Sohibul meminta agar pemerintah memiliki pandangan yang sama bahwa ekonomi nasional dan global cepat atau lambat akan pulih kembali (rebound). Sedangkan korban warga dan tenaga medis yang meninggal tidak akan bisa kembali lagi.
Ia mengingatkan, setiap warga yang meninggal yang diumumkan oleh pemerintah bukanlah angka statistik saja. Mereka adalah saudara-saudara yang memiliki keluarga yang sangat mencintai mereka.
"Jangan pernah beranggapan bahwa korban warga yang meninggal dan yang terinfeksi sebagai biaya dari krisis (cost of crisis). Apalagi jika itu dianggap sebagai biaya dari pemulihan ekonomi (cost of economic recovery ). Pemulihan ekonomi memang penting tetapi jauh lebih penting adalah keselamatan nyawa warga kita Pak!" Sohibul menegaskan.