Senin 13 Apr 2020 17:47 WIB

Jaga Soliditas Polri-TNI di Papua

Bentrokan di Papua jangan merusak soliditas TNI-Polri.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Muhammad Hafil
Jaga Soliditas Polri-TNI di Papua. Foto: Personel TNI dan Polri saat apel gelar pasukan (Ilustrasi)
Foto: Thoudy Badai
Jaga Soliditas Polri-TNI di Papua. Foto: Personel TNI dan Polri saat apel gelar pasukan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) tak ingin bentrokan mematikan antar-aparat di Distrik Memberamo Tengah, pada Ahad (12/4) merusak soliditas sesama penjaga keamanan di Provinsi Papua. Otoritas Polri dan TNI setempat menegaskan kepada seluruh anggotanya masing-masing agar perselisihan mematikan antara kedua aparat keamanan tersebut disudahi.

Kepala Polisi Daerah (Kapolda) Papua Inspektur Jenderal (Irjen) Paulus Waterpaw menegaskan, agar seluruh anggota Polri di satuan Polres Memberamo Raya tak ada yang menyulut dendam dari kesalahpahaman yang kadung terjadi. “Saya sudah menginstruksikan kepada semua anggota di sana, untuk tetap berada di markas. Dan tidak ada yang keluar (markas),” kata dia, saat dihubungi Republika, Senin (13/4).

Baca Juga

Paulus juga menegaskan, agar semua perwira Polri di Memberamo Raya, memastikan keberadaan anggotanya. Ia juga memerintahkan kepada semua anggota Polri di Memberamo, untuk sementara tak memegang senjata api jenis apapun. “Saya perintahkan itu senjata untuk ditarik semua dari anggota,” tegas dia. Perintah tegas tersebut, Paulus pastikan demi mengantisipasi bakuserang susulan.

Kabid Humas Polda Papua Komisaris Besar (Kombes) AM Kamal, kepada Republika juga menerangkan, situasi keamanan di Memberamo Raya, dan seluruh Papua saat ini kondusif. “Kalau situasinya di sana (Memberamo Raya), kita monitor tetap kondusif. Saat kejadian (bentrokan), juga situasi umumnya tidak terganggu,” terang dia, pada Senin (13/4).

Polri kata dia, tak ingin keributan yang sudah terjadi merusak soliditas antarpersonil keamanan di Bumi Cenderawasih. “Kita (Polri) tidak ingin, masalah ini menggangu soliditas kita bersama antara Polri dan TNI. Intinya, kita (Polri dan TNI) ingin tetap menjaga soliditas agar memastikan keamanan untuk warga di Papua,” kata dia.

Kamal menerangkan, saat ini investigasi penyebab bentrokan masih terus dilakukan. Termasuk kata dia, dengan menginterogasi semua aparat yang terlibat. Kata dia, Kapolda Paulus, bersama Pangdam XVII Cenderwasih Mayor Jenderal (Mayjen) Herman Asribab, saling sepakat untuk membentuk tim gabungan penyelidikan. Tim gabungan antara Polri dan TNI itu, diperlukan agar ada informasi yang terang tentang pangkal soal kejadian sebenarnya.

“Karena, kita (Polri) juga bersama TNI, tidak ingin simpang siur. Nanti dari Polisi mengatakan berbeda, dari TNI juga nanti berbeda. ” terang dia. Adapun dari Polri, kata Kamal sudah memastikan para personilnya, tak ada yang keluar markas tanpa izin atasan.

Hak memegang senjata api, para personulnya, pun kata dia, dalam pengekangan. “Untuk senjata api, perintah Kapolda sudah jelas itu untuk dikumpulkan sementara. Pergerakan semua anggota dibatasi. Tidak ada anggota yang keluar (markas) dibolehkan bawa senjata,” terang dia.

Kamal menambahkan, sampai Senin (13/4), jumlah korban dari kepolisian dari bentrokan tersebut bertambah satu orang. “Untuk korban, sekarang jadinya enam dari kepolisian,” terang dia. Tiga korban dinyatakan meninggal dunia, dua dalam kondisi luka serius. “Satu korban tambahan yang saat ini, dalam status trauma dan dalam perawatan,” kata Kamal.

Jenazah korban tewas, kata Kamal, sudah dilepas ke kampung halaman di Marauke, dan Mappi. Enam korban tersebut, akibat bentrokan mematikan antara anggota Polri dari Polres Memberamo Raya dengan anggota Satgas Pemrahwan Yonif 755/20/3 Kostrad yang terjadi, Ahad (13/4). Korban dari kepolisian itu, dipastikan lantaran tembakan peluru tajam dari anggota militer.

Namun tembakan peluru tajam itu, diyakini karena aksi personil kepolisian yang nekat menyatroni markas tentara. Namun baik dari Polri maupun TNI, sampai hari ini tak mau membeberkan pangkal masalah kejadian.

Kamal, dan Kapendam Cenderawasih Kolonel CPL Eko Daryanto, sekata menyebut insiden tersebut karena kegagalan komunikasi antarpersonil keamanan yang berujung kesalahpahaman.

“Kami sangat menyayangkan kejadian kemarin itu. Dan Bapak Pangdam (Cenderawasih) bersama Bapak Kapolda sudah menyampaikan tidak ingin masalah ini mengganggu soliditas dan sinergisitas antara kepolisian dan TNI. Polri dan TNI harus tetap menjaga soliditas di lapangan untuk memastikan keamanan,” kata Eko.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement