REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dampak pandemi Covid-19 dirasakan masyarakat luas, termasuk ranah pendidikan seperti pondok pesantren. Kondisi tanggap darurat bencana membuat ponpes-ponpes di sekitaran DIY sulit memenuhi persediaan pangan mereka.
Melihat kondisi itu, Bank Indonesia (BI) DIY dan Aksi Cepat Tanggap (ACT) DIY bersinergi mendistribusikan bantuan bahan-bahan pokok ke 14 ponsok pesantren. Bantuan yang diberikan seperti cabai, bawang merah, dan beras.
Total sebanyak 2.100 kilogram beras, 560 kilogram bawang merah, dan 210 kilogram cabai merah. Pondok Pesantren Muhammadiyah Boarding School (MBS) Pleret menjadi salah satu yang menerima bantuan.
Kepala Pondok Pesantren MBS Pleret, Kamiluddin mengatakan, ketersediaan bahan pokok menjadi semakin penting di tengah-tengah situasi pandemi seperti saat ini. Karenanya, ia mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan.
"Semoga Allah membalas dengan yang lebih baik dan lebih banyak serta barokah, semoga BI dan ACT semakin besar dan bisa bermanfaat bagi umat manusia dan semoga kita dijauhkan dari wabah Covid-19," kata Kamiluddin).
Kepala Cabang ACT DIY, Bagus Suryanto menuturkan, selain pemberian bahan pokok, BI dan ACT turut melakukan penyemprotan disinfektan di 14 pondok pesantren. Ia menekankan, itu memang sudah menjadi protokol yang dilakukan sejak Maret 2020.
"Kegiatan yang dilakukan ACT DIY bersama BI DIY ini salah satu upaya memenuhi kebutuhan pokok pesantren-pesantren di DIY dikala Covid-19 ini," ujar Bagus.
ACT rutin pula membagikan masker dan hand sanitizer, serta program-program pangan seperti operasi beras gratis dan operasi makan gratis. Selain itu, ACT sudah membangun wastafel-wastafel portabel di pasar-pasar sekitaran DIY.
Kepala BI DIY, Hilman Tisnawan menambahkan, kegiatan ini merupakan wujud kepedulian BI melalui Program Sosial Bank Indonesia. BI turut menghadirkan paket penyemprotan disinfektan sebagai pencegahan penyebaran Covid-19.
"Dengan adanya paket sembako diharap dapat meringankan beban pesantren di DIY, yang mana kebanyakan santrinya tidak pulang dan beberapa usaha pesantren harus off sebagai dampak wabah Covid-19," kata Hilman.