Kamis 30 Apr 2020 15:00 WIB

Buya Hamka: Giri Pusat Agama Islam yang Pertama di Jawa

Giri Pusat Agama yang Pertama Islam di Jawa

Red: Muhammad Subarkah
Makam Sunan Giri di Gresik tempo dulu.

Tetapi kedudukan Giri tetap teguh sebagai pusat keagamaan. Anak-cucu Sunan Giri mempertahankan Giri sebagai pusat agama, sampai saat Mas Rangsang hendak memakai gelar Sultan-kota lantikan dari Giri. Dan kemudian setelah dilihatnya Keislaman Mataram telah banyak berubah, Sunan Giri membantu Adipati Surabaya dan adipati-adipati Madura berontak melawan Mataram (1615).

Tahun 1625 peperangan itu masih berlangsung. Adipati-adipati Jawa Timur melawan Mataram, dan Sunan Giri tetap sebagai pelopor. Tetapi perlawanan itu kalah, Sunan Giri tertawan dan dibawa ke Mataram. Kemudian diantarkan pulang ke Giri Kembali, dan diturunkan gelar kebesarannya dari Sunan menjadi Panembahan.

Tetapi setelah Sultan Agung wafat dan digantikan oleh putranya Amangkurat I, Trunojoyo berontak pula melawan sultan Amangkurat I yang dibantu oleh Kompeni. Trunojoyo dibantu oleh Karaeng Galesong dari Makassar (1675). Trunojoyo diakui sebagai kepala Perang Sabil. Keturunan-keturunan ulama Giri pun aktif membantu perlawanan itu.

Tidaklah heran, jika Trunojoyo dapat dikepung di lereng utara Gunung Kelud dan dapat ditawan oleh Kapiten Jonker (Orang Ambon!) dan dihukum bunuh (dengan ditikam keris) oleh Amangkurat II (27 Desember 1679), maka yang langsung diserang secara besar-besaran oleh tentara Belanda dan Mataram ialah Giri! Sebab, Giri rupanya menjadi sumber perlawanan yang tidak putus-putusnya dari Jawa Timur, Pangeran Giri, keturunan yang paling akhir dari Syekh ‘Ainul Yaqin’, Raden Paku, ditahan dan dihukum mati pula. Keris kebesaran Giri yang bersejarah, yang telah turut mengalahkan Majapahit bertahun-tahun lamanya ditahan di Mataram. Sejak itu Giri tidak bangun lagi!

Setelah itu, untuk menghilangkan anasir-anasir yang berbahaya diantara 5.000 sampai 6.000 kaum kyai dan santri, dihukum bunuh di muka umum, agar orang tidak lagi menyebut-nyebut agama Islam yang bersih dan tauhid yang khalis! Dan semuanya itu dilakukan seketika pengaruh Belanda mulai tertancap dalam Kerajaan Mataram.

 

Demikianlah kisah pendek dari Bukit Giri, di dekat Gresik, yang di zaman sekarangpun menjadi tempat yang penuh kenang-kenangan dan indah dihembus angin laut.  

------------

*Dikutip dari buku karya Prof DR Buya Hamka: “Dari Perbendaharaan Lama”. Buku ini  berisi kumpulan tulisan Buya Hamka di Majalah Abadi antara tahun  1955 sampai 1960.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement