Selasa 19 May 2020 23:46 WIB

Siapakah Orang yang Cerdas Menurut Hadits Rasulullah SAW?

Rasulullah SAW menjelaskan orang yang cerdas dalam bersosial.

Rasulullah SAW menjelaskan orang yang cerdas dalam bersosial. Rasulullah SAW (ilustrasi)
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Rasulullah SAW menjelaskan orang yang cerdas dalam bersosial. Rasulullah SAW (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Siapakah orang cerdas menurut tuntunan Islam? Orang cerdas adalah orang yang masih mau menggunakan hati nuraninya, di saat kezaliman mendominasi kehidupan manusia.

Orang yang cerdas adalah orang yang memiliki nalar dan sikap kritis terhadap segala bentuk ketimpangan dan kezaliman sosial. 

Baca Juga

Dalam salah satu kitabnya yang terkenal, al-I'thisham (hlm 206), Imam asy-Syatibhi (w 790 H) mengutip sebuah riwayat yang juga disampaikan Imam as-Suyuthi dalam kitabnya, ad-Dur al-Mantsur (jilid 6, hlm 177). 

''Dari Ibnu Mas'ud RA, katanya, 'Rasulullah SAW telah bersabda kepadaku, tahukah kamu, siapakah orang yang paling cerdas itu?' Maka kujawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Kemudian Rasul menjelaskan, 'Orang yang paling cerdas adalah orang yang paling awas melihat kebenaran di kala manusia gemar berselisih paham, meskipun amal perbuatannya minim, meskipun ia hanya bisa merangkak di atas kedua tumit kakinya. Masyarakat bani Israil terpecah ke dalam 72 kelompok. Tiga dari sekian banyak kelompok itu akan selamat, sedangkan sisanya akan celaka'.''

Nabi SAW lalu menjelaskan tiga kelompok tersebut. Pertama, orang yang giat menentang (oposan) raja (penguasa) dan melawannya dengan dasar keyakinan agama Allah dan agama Nabi Isa Ibn Maryam, sehingga mereka semua terbunuh.

Kedua, mereka yang tidak mempunyai nyali untuk menentang dan melawan penguasa waktu itu, namun mereka menegakkan agama Allah di tengah para pemuka masyarakatnya. Kemudian mereka menyeru masyarakatnya agar berpegang pada agama Allah yang dibawa oleh Isa Ibnu Maryam (Islam), sehingga mereka kemudian diciduk penguasa dan dibunuh serta dipotong-potong tubuh mereka dengan gergaji.

Terakhir, kelompok ketiga, adalah mereka yang tidak punya kekuatan melawan raja (penguasa waktu itu) dan tidak juga punya kemampuan untuk mengajak masyarakat dan kaumnya pada agama Allah yang dibawa Isa Ibnu Maryam, sehingga mereka hanya bisa mengembara di pegunungan dan menjadi paderi di sekitarnya.

Mereka inilah orang-orang yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya, ''Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah (tidak menikah dan mengurung diri di dalam biara), padahal Kami tidak pernah mewajibkannya kepada mereka, namun (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) guna mencari keridlaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka adalah orang-orang fasik.'' (QS al-Hadid: 27).

Karena itu, orang-orang mukmin, kata Nabi SAW, adalah orang-orang yang beriman kepadaku dan membenarkan semua yang kubawa, sedangkan orang fasik adalah orang-orang yang membohongkanku dan menentangku.

 

sumber : Harian Republika
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement