REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politisi senior Amien Rais menyebut pemerintah saat ini sudah bertindak represif. Terutama terkait kritikan-kritikan yang disampaikan masyarakat.
Pernyataan itu disampaikan Amien kuliah politik bertemakan 'Tauhid Sosial: Kenapa Kita Harus Berpolitik' yang digelar secara daring pada Selasa (19/5). Dalam sesi tanya jawab, salah satu peserta menyatakan, kebijakan pemerintah pusat dalam mengatasi pandemi Covid-19 banyak yang saling berbenturan.
Namun, kata peserta kuliah itu, masyarakat untuk menyampaikan kritiknya malah cenderung takut. Sebab, bisa dijerat dengan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Ia pun menilai kondisi semacam ini sudah menandakan bahwa pemerintah ini represif terhadap aspirasi rakyat.
"Yes represif titik. Saya setuju dengan Anda. Ini memang represif sekali," kata Amien membenarkan pernyataan itu.
Lantas, ia pun menduga, kuliah politik yang diselenggarakan itu juga dicurigai oleh pemerintah. "Jangan-jangan saya dan Pak Refly ini juga dicurigai," ucapnya.
Refly yang dimaksud Amien adalah Refly Harun, seorang pakar hukum tata negara, yang dalam kuliah politik itu berperan sebagai moderator. Refly pun hanya tertawa menanggapi pernyataan Amien tersebut.
Dalam kuliah politik selama 75 menit itu, Amien memang sempat melontarkan beberapa kritikan terhadap pemerintah. Salah satunya, ia menilai pemerintah saat ini tengah kebingungan dan juga hanya bisa berbicara tanpa tindakan dalam mengatasi wabah Covid-19.
"Jadi lupakan pusat karena pusat banyak omdo (omong doang), tapi masing-masing sudahlah, sementara ini pusat kita doakan supaya jadi lurus, dan kita di daerah tetap bergerak," ucap mantan ketua MPR itu.
Amien dalam kuliah itu juga menyarankan sejumlah solusi dalam mengatasi krisis akibat pandemi Covid-19 ini. Satu di antaranya adalah mengajak orang kaya di tiap kabupaten/kota untuk menyisihkan hartanya guna disalurkan dalam bentuk sembako kepada rakyat miskin.