Senin 01 Jun 2020 12:01 WIB

Muhammadiyah Kaji Sholat Jumat Lebih dari Satu Angkatan

Sholat Jumat lebih dari satu angkatan lazim di negara yang jumlah masjidnya sedikit.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Indira Rezkisari
PP Muhammadiyah sedang mengkaji sejumlah opsi untuk protokol sholat Jumat yang aman bagi kesehatan di tengah pandemi Covid-19. Salah satunya adalah sholat Jumat lebih dari satu angkatan.
Foto: ANTARA FOTO/Makna Zaezar
PP Muhammadiyah sedang mengkaji sejumlah opsi untuk protokol sholat Jumat yang aman bagi kesehatan di tengah pandemi Covid-19. Salah satunya adalah sholat Jumat lebih dari satu angkatan.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- PP Muhammadiyah sedang menggodok protokol kesehatan ketat jika masjid-masjid ditetapkan kembali dibuka untuk masyarakat beribadah. Salah satunya soal kemungkinan pelaksanaan sholat Jumat lebih dari satu angkatan.

Ketua PP Muhammadiyah Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, dr Agus Taufiqurrohman mengatakan, pembahasan internal soal pembukaan kembali masjid melibatkan lintas majelis. Termasuk, Majelis Tarjih dan Tajdid untuk melihat fiqih-fiqih terkait.

Baca Juga

Ia menerangkan, pembahasan pelaksanaan sholat jumat lebih dari satu angkatan terkait physical distancing. Sebab, kemungkinan daya tampung tiap masjid tidak cukup jika harus melaksanakan physical distancing saat sholat Jumat.

"Maka itu, sedang kita kaji oleh Majelis Tarjih, bagaimana di Indonesia ini, apakah memungkinkan sholat Jumat itu lebih dari satu angkatan setiap Jumat," kata Agus di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Senin (1/6).

Agus menekankan, kemungkinan pelaksanaan tetap dengan protokol kesehatan. Serta, tetap harus didasarkan panduan-panduan dan tuntunan-tuntutan ibadah sholat yang benar dalam Islam sesuai Alquran dan hadits.

"Kalau di negara lain tidak ada masalah sholat jumat (lebih dari satu angkatan) karena keterbatasan masjid," ujar Agus.

Dinamika lain, masjid di pinggir jalan memiliki kondisi yang kadang berbeda dengan masjid di kampung. Karenanya, kata Agus, protokol ketat yang sedang disiapkan PP Muhammadiyah belum tentu sama penerapannya di setiap masjid.

"Intinya, di masjid jangan sampai terjadi penularan (Covid-19) baru," kata Agus.

Ia menambahkan, di internal rekomendasi masjid boleh dibuka atau tidak turut melibatkan MCCC masing masing cabang, daerah, dan wilayah di bawah supermisi MCCC PP Muhammadiyah. Harapannya, protokol yang diterapkan benar-benar tepat.

Menurut Agus, sebenarnya rancangan protokol sudah dibuat pada Ahad (31/5) lalu, baik untuk masjid, sekolah maupun tempat-tempat umum lain. Tapi, terus diperbarui menyesuaikan perkembangan kondisi Covid-19 terkini di Indonesia.

"Insya Allah pada Rabu (3 Juni 2020) sudah bisa kita press conference, dan sekarang sudah kita siapkan dalam bentuk model penyuluhan yang lebih mudah, sehingga jika mau dicetak di level masjid dan lain-lain lebih mudah," ujar Agus.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement