Kamis 11 Jun 2020 17:58 WIB

Jubir: Warga Berkerumun, Pelacakan Covid-19 Makin Sulit

Pemerintah menemukan penularan Covid-19 di kerumunan seperti di pasar.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto.
Foto: @BNPB_Indonesia
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengaku menemukan kendala dalam melacak jejak kontak pasien positif Covid-19. Semakin banyak masyarakat yang beraktivitas di kerumunan, maka dinilai semakin sulit bagi petugas dinas kesehatan untuk melakukan pelacakan riwayat kontak pasien positif.

"Karena dari tracing, sering kita tak bisa identifikasi siapa yang dekat dia karena berasal dari kerumunan. Kita melihat beberapa kejadian kerumunan masyarakat di pasar, dan tempat lain. Ini yang memberikan ruang bagi memungkinannya proses penularan," kata Yurianto dalam keterangan pers, Kamis (11/6).

Baca Juga

Menanggapi hal itu, Yuri kembali mengingatkan masyarakat untuk benar-benar menjalankan protokol kesehatan saat beraktivitas di luar rumah. Hal itu terutama, menjaga jarak, menggunakan masker, dan rajin mencuci tangan dengan sabun.

"Gambaran ini harus kita yakini bahwa upaya kita untuk aman dengan cara menjaga jarak menggunakan masker dan mencuci tangan adalah cara yang terbaik," katanya.

Yuri menyampaikan, kendati penambahan kasus positif Covid-19 masih cukup tinggi, tetapi semakin banyak provinsi di Indonesia yang melaporkan penambahan kasus baru harian di bawah 10 orang. Artinya, penambahan kasus dengan jumlah yang banyak hanya didominasi oleh beberapa provinsi episentrum penularan Covid-19.

"Beberapa provinsi mulai menunjukkan kecenderungan kenaikan kasus yang tidak signifikan. Namun memang ada yang masih naik signifikan," katanya.

Pemerintah juga masih terus melakukan pemantauan dan pelacakan terhadap 43.414 orang dalam pemantauan (ODP) dan 14.052 pasien dalam pengawasan (PDP) di Indonesia. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement