Senin 15 Jun 2020 06:30 WIB

Dari Ajudan Megawati, Danjen Kopassus, Pangkostrad, dan KSAD

KSAD Andika mengatakan, Pramono Edhie baru bertandang ke Mabesad pada awal 2020.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
KSAD Jenderal Andika Perkasa (kiri) menabur bunga di makam mantan KSAD periode 2011-2013 Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo di TMP Kalibata, Jakarta Selatan, Ahad (14/6).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
KSAD Jenderal Andika Perkasa (kiri) menabur bunga di makam mantan KSAD periode 2011-2013 Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo di TMP Kalibata, Jakarta Selatan, Ahad (14/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dor! Letusan salvo satu kali oleh prajurit Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) iringi pemakaman mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo.

Prosesi pemakaman dipimpin KSAD Jenderal Andika Perkasa sebagai inspektur upacara. Mata Andika tampak berkaca-kaca melepas kepergian mendiang, seniornya di AD tersebut.

“Atas nama negara bangsa dan TNI dengan ini mempersembahkan ke persada ibu pertiwi jiwa raga dan jasa-jasa almarhum. Semoga jalan dharma bhakti yang ditempuhnya dapat menjadi suri tauladan bagi kita semua dan arwah beliau mendapat tempat yang semestinya di alam baka,” ujar Andika

Di samping Andika, tampak berdiri berjajar para mantan KSAD yang mengenakan pakaian serba hitam, yaitu Jenderal Agustadi Sasongko, Jenderal Budiman, Jenderal Gatot Nurmantyo, dan Jenderal Mulyono. Mereka memakai masker dan berdiri berjarak satu sama lainnya untuk menyaksikan detik-detik jenazah Pramono Edhie dibawa menuju tempat peristirahatan terakhirnya.

Tempat peristirahatan almarhum itu bersebelahan dengan makam kakak kandungnya, Kristiani Herrawati, istri Presiden Keenam Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang berada di blok M nomor 129 Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.

Putra pertama Ani Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono didampingi istri Annisa Pohan, juga putra keduanya Edhie Baskoro Yudhoyono mengenang pamannya, Pramono Edhie Wibowo sebagai sosok penyayang keluarga. Dia mewakili keluarga besar SBY mengaku sangat berduka atas kepergian almarhum. "Kami mengenang beliau semasa hidupnya adalah sosok yang kekeluargaan, yang menyayangi keluarganya. Kami sangat berduka," ujar AHY di TMP Kalibata, Jakarta Selatan.

AHY mengatakan, pamannya itu seorang yang sangat profesional, meniti karir militer dari bawah hingga puncaknya sebagai KSAD. "Beliau berdinas lama di Kopassus, sampai menjadi Danjen Kopassus, kemudian menjadi Panglima Kostrad dan sampai dengan Kepala Staf Angkatan Darat. Tentu beliau adalah sosok perwira yang sangat profesional," kata AHY.

Sejumlah tokoh politik lain juga tampak menghadiri prosesi pemakaman tersebut, seperti Wakil Ketua MPR RI Syarief Hasan dan Zulkifli Hasan. Mereka duduk di baris kursi paling depan yang telah disediakan di bawah tenda yang diselimuti kain warna merah putih. Lalu ada pula Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan.

Legenda

Dalam memorial yang dibacakan mantan Pangkostrad dan Kasum TNI Letjen (Purn) Edwin Soejono di pemakaman, sosok Pramono Edhie dinilai menjadi salah satu legenda di Angkatan Darat. Dia telah berusaha dan berjuang keras untuk mengabdi kepada TNI, bangsa, dan negara.

Karya almarhum yang paling dikenang adalah modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) TNI saat beliau menjabat sebagai KSAD 2011-2013, antara lain pengadaan senjata kavaleri main battle tank leopard buatan Jerman, peralatan artileri meriam 155 Caesar buatan Perancis, juga pengadaan helikopter serbu Apache buatan Amerika Serikat.

Almarhum juga kerap turun langsung dan sukses mengabdikan jiwa raganya dalam menjalankan tugas negara, di dalam negeri maupun luar negeri. Salah satunya, saat tugas pengibaran bendera kebangsaan merah putih di atas puncak tertinggi dunia Gunung Everest (8.848 mdpl) di Nepal pada Sabtu 26 April 1997 pukul 15.40 waktu Nepal.

Saat itu, Pramono Edhie ditunjuk memimpin tim sebagai koordinator oleh Danjen Kopassus Mayjen Prabowo Subianto kala itu. Tugas tersebut berhasil dijalankan dan sukses mengharumkan nama TNI di mata dunia. Indonesia pun hingga kini dikenal sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang mampu mencapai puncak tertinggi di dunia.

Sungkan

KSAD Jenderal Andika Perkasa mengatakan baru mengetahui alasan mengapa Pramono Edhie jarang tampil di Markas Besar TNI Angkatan Darat (Mabesad). Rupanya, Edhie merasa sungkan saat dirinya masuk ke dunia politik.

"Baru hari ini kita tahu, itu lah (pesan) yang ingin dicetuskan kepada keluarga, bahwa selama beliau menjadi bagian dari Partai Politik, katanya beliau sangat sungkan. Jadi itulah terakhir bertemu dan berinteraksi di Markas Besar Angkatan Darat," kata Andika.

Dalam memorial yang dibacakan Letjen TNI (Purn) Edwin Soejono, Jenderal (Purn) Pramono Edhie merupakan ajudan Presiden Kelima Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri ketika ada kontestasi Pemilihan Presiden 2004. Kendati, saat itu, kakak iparnya SBY juga bersaing dalam kontestasi Pilpres 2004 tersebut, Edhie tetap menjalankan dinasnya dengan paripurna.

Soejono mengatakan bahwa Edhie tidak pernah membawa persoalan politik pada keluarga. Hal itu menggambarkan dengan jelas garis politik putra kelima tokoh militer Letjen Sarwo Edhie Wibowo itu, yaitu politik negara.

Setelah almarhum purnatugas dari militer, barulah ia bergabung ke dalam partai politik yang didirikan SBY. Namun, hampir tak sekali pun ia masuk ke dalam tangsi militer lagi sejak berkarir di dunia politik.

Pramono Edhie baru bertandang ke Mabesad pada awal 2020, saat TNI AD mengadakan acara yang mengundang seluruh mantan KSAD. "Itu sangat kejutan, karena begitu lama beliau itu tidak pernah hadir," kata Andika.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement