Kamis 25 Jun 2020 13:27 WIB

Tingkat Kematian Anak di Masa Covid-19 Kian Mengkhawatirkan

Angka kematian anak Indonesia cukup tinggi dibandingkan negara-negara lain.

Rep: Arif Satrio Nugroho / Red: Andi Nur Aminah
Seorang petugas medis memeriksa pasien anak di IGD salah satu Rumah Sakit dii Mataram, NTB yang terpapar Covid-19 (ilustrasi)
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Seorang petugas medis memeriksa pasien anak di IGD salah satu Rumah Sakit dii Mataram, NTB yang terpapar Covid-19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Angka kematian anak Indonesia pada masa pandemi Covid-19 dinilai mengkhawatirkan. Bahkan, angka kematian anak Indonesia pada masa pandemi ini disebutkan cukup tinggi dibandingkan negara-negara lain.

"Memang kalau kita lihat kasusnya ini masih meningkat," kata Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Pulungan saat melakukan pemaparan di Komisi X (Pendidikan) DPR, Kamis (25/6).

Baca Juga

IDAI menghimpun data sejak Maret, pada saat status pandemi Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi nasional dari dokter-dokter yang melakukan perawatan pada anak. Berdasarkan data ini, menurut Aman, angka kematian anak Indonesia terkait Covid-19 ini sangat mengkhawatirkan.

Pada Mei lalu, jumlah anak yang positif Covid-19 di Indonesia mencapai 584 kasus. Sementara itu, jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) untuk anak-anak tercatat kurang lebih 3.400.

Jumlah kasus konfirmasi positif anak yang meninggal mencapai 14 anak. Adapun PDP anak yang meninggal sebanyak 129. Hingga Juni ini, jumlah anak yang meninggal, baik dengan status PDP maupun positif, dipastikan naik mencapai ratusan.

"Jadi, kalau kami lihat, meninggal, baik PDP maupun confirmed ini, 200-an (meninggal) makanya kami bisa katakan untuk saat ini yang meninggal anak kita paling banyak di Asia, bahkan mungkin di dunia saat ini untuk masa pandemi Covid-19, direct atau indirect," kata Aman.

Data yang dihimpun IDAI juga memprihatinkan. Menurut Aman, data tersebut menunjukkan anak berusia antara 1-5 tahun banyak mengalami kematian terkait Covid-19, baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Aman, dibandingkan India, Myanmar, dan Pakistan, sebelum pandemi Covid-19, angka kematan bayi atau balita Indonesia lebih baik. Namun, saat pandemi Covid-19, anak Indonesia lebih banyak yang meninggal. Meskipun penyebabnya tak mesti terkait Covid-19, Aman mengingatkan bahwa Covid-19 dapat memperparah keadaan.

"Kelahiran kita hampir 5 juta per tahun dan samoai sekarang ini sudah 1 juta yang lahir. Kalau ini sampai akhir tahun, tentulah ada 3 jutaan anak yang akan lahir dan ini harus kita lindungi mereka yang lahir di masa pandemi," kata Aman.

Aman mengatakan, salah satu permasalahan utama yang menjadi penyebab sulitnya mengontrol penyebaran Covid-19 pada anak adalah ketidakmerataan uji PCR di berbagai wilayah. Lambatnya waktu pengecekan pun berpengaruh pada lambatnya penanganan medis yang mestinya diberikan ke anak.

"Di satu provinsi ada 1.000 sampel yang menunggu diperiksa dan provinsi lain juga harus menunggu beberapa hari, tunggu pesawat baru bisa diperiksa sampelnya," kata Aman menambahkan.

Oleh karena itu, Aman berharap adanya peningkatan sistem kesehatan, khususnya pada anak. Antisipasi Covid-19 pada anak, mulai dari kemampuan tes PCR hingga pemerataan penanganan medis, juga harus mendapat perhatian dari pemerintah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement