Kamis 25 Jun 2020 13:34 WIB

MUI Belum Putuskan Pedoman Ibadah Idul Adha

MUI belum memutuskan dan masih melakukan kajian serta pengumpulan informasi.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andi Nur Aminah
Kiai Cholil Nafis
Foto: Putra M Akbar/Republika
Kiai Cholil Nafis

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) belum mengeluarkan pedoman ibadah Idul Adha tahun ini. MUI masih menunggu perkembangan situasi dan kondisi pascamasa transisi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilalui sejumlah daerah.

Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Muhammad Cholil Nafis mengatakan, pihaknya masih melakukan kajian dan pengumpulan informasi. Setelah pembahasan tuntas maka pedoman ibadah Idul Adha baru dikeluarkan MUI. "Kami lihat kondisi setelah masa transisi ya. Nanti lihat saja dua atau tiga pekan ke depan baru ada keputusan," kata Kiai Cholil pada Republika.co.id, Kamis (25/6).

Baca Juga

Namun Cholil memastikan, prinsip menjaga keselamatan diri merupakan yang utama dalam ibadah di tengah pandemi Covid-19. Sehingga seperti halnya pedoman ibadah Idul Fitri, Muslim tetap diminta menaati protokol kesehatan.

"Protokol kesehatan seperti memakai masker, jaga jarak, membersihkan tangan itu sudah pasti ya. Kalau untuk keputusan lainnya tunggu saja," ujar aktivis Nahdlatul Ulama itu.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah sudah lebih dulu menerbitkan pedoman pelaksanaan ibadah di hari raya Idul Adha 1441 H sehubungan pandemi Covid-19 yang belum selesai. Pedoman itu tercantum dalam Surat Edaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 06/EDR/1.0/E/2020 tentang Tuntunan Ibadah Puasa Arafah, Idul Adha, Kurban dan Protokol Ibadah Qurban pada Masa Pandemi Covid-19.

Isi pedoman itu di antaranya soal Puasa Arafah dilaksanakan setiap tanggal 9 Zulhijjah yang untuk tahun ini jatuh pada Kamis 30 Juli. Kemudian umat Muslim dianjurkan Shalat Idul Adha dilakukan di rumah bersama anggota keluarga masing-masing. Anjuran ini dikecualikan bagi Muslim di zona hijau atau tidak terdampak Covid-19. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement