Warta Ekonomi.co.id, Jakarta
Aplikasi TikTok hingga kini masih diganderungi milenial di seluruh Indonesia. Namun, di India, TikTok dijegal lantaran memanasnya hubungan diplomasi kedua negara di perbatasan Himalaya. Hasilnya, perusahaan induk TikTok, ByteDance mengalami kerugian sebesar USD6 miliar (Rp84 triliun).
Namun, aplikasi TikTok masih merajai di berbagai belahan dunia, seperti di Indonesia. Pendirinya adalah Zhang Yiming, pria asal China yang juga mendirikan ByteDance.
Baca Juga: TikTok Dilarang di India Jadi Momen Aji Mumpung Aplikasi Lokal
Yiming yang merupakan lulusan software engineer dari Universitas Nankai mendirikan perusahaan teknologi ByteDance pada Maret 2012. Lewat perusahaannya inilah Yiming mengembangkan aplikasi TikTok.
TikTok dikembangkan sebagai pembuat video pendek yang memiliki misi untuk merekam dan menyajikan kreativitas serta momen berharga. TikTok memungkinkan setiap orang untuk menjadi kreator dan mendorong pengguna untuk membagikan ekspresi kreatif melalui video berdurasi 15 detik.Â
TikTok pun mudah digunakan lantaran sederhana dan membuat siapapun bisa menjadi kreator. Aplikasi yang di negara asalnya dikenal dengan nama Douyin ini secara resmi pada September 2016.
Sepanjang tahun 2018, aplikasi TikTok merajai App Store dengan 500 juta kali unduhan lebih. Sebagian besar pengguna TikTok diketahui merupakan anak muda. Hal tersebut sesuai target TikTok yang menyasar pengguna generasi muda.
Yiming sang pembuat TikTok pun meminta karyawan membuat video di aplikasi garapannya. Bahkan perusahaan mengadakan kompetisi untuk mengumpulkan banyak like dari video TikTok yang diunggah. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk promosi dan ajang seru-seruan.
Kesuksesan Tik Tok pun berdampak positif bagi ByteDance terutama Yiming. Berkat TikTok, kekayaan Yiming sebagaimana dilansir dari Forbes mencapai USD16,2 miliar atau Rp233,5 triliun.
Meski TikTok dijegal di India, namun Zhang Yiming tetap menempati ranking 61 orang terkaya dunia versi Forbes.