Rabu 08 Jul 2020 08:29 WIB

FBI: China Ancam Warga Mereka di AS untuk Pulang

FBI menyebut China menjalankan program pemaksaan bernama Fox Hunt.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Petugas FBI (ilustrasi)
Foto: Reuters
Petugas FBI (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Direktur Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI), Christopher Wray, mendesak orang-orang kelahiran China untuk menghubungi FBI jika pejabat Beijing mencoba untuk memaksa mereka kembali, Selasa (7/7). Presiden Cina, Xi Jinping, diduga menjalankan program pemaksaan bernama Fox Hunt.

Wray mengatakan, Xi telah memelopori sebuah program yang ditujukan untuk menarik orang-orang yang lahir di China, tetapi tinggal di luar negeri. Upaya ini untuk membungkam kritik terhadap kebijakan politik dan hak asasi manusia Beijing.

Baca Juga

"Ratusan korban Fox Hunt yang mereka targetkan tinggal di sini di Amerika Serikat, dan banyak di antara mereka adalah warga negara Amerika atau pemegang kartu hijau," ujar Wray.

Wray menceritakan sebuah kasus ketika pemerintah China mengirim seorang utusan untuk mengunjungi sebuah keluarga di AS. Utusan meninggalkan pesan bahwa target dapat memilih antara kembali ke China atau bunuh diri.

"Saya ingin mengambil kesempatan ini untuk mencatat bahwa jika Anda yakin pemerintah China menargetkan Anda, bahwa Anda adalah calon korban Fox Hunt, silakan hubungi kantor lapangan FBI setempat," kata Wray.

Pemimpin badan investigasi utama dari Departemen Keadilan AS ini menyatakan, bagi orang yang menolak kembali, maka keluarga yang berada di China akan terancam. "Pemerintah China ingin memaksa mereka untuk kembali ke Cina dan untuk mencapai taktik ini mengejutkan," ujarnya.

Wray juga mengatakan bahwa hampir setengah dari hampir 5.000 kasus kontra intelijen aktif FBI yang sekarang sedang berlangsung terkait dengan China. "Kami sekarang telah mencapai titik di mana FBI membuka kasus kontra-intelijen baru terkait Cina setiap 10 jam," katanya.

Tuduhan tersebut menyatakan China menggunakan spionase, pencurian siber, pemerasan, dan cara-cara lain sebagai bagian dari strategi untuk menggantikan AS sebagai ekonomi dan teknologi dominan dunia di dunia.  Kedutaan Besar China tidak segera menanggapi pernyataan Wray, tetapi Beijing telah membantah tuduhan yang menggunakan spionase dunia maya untuk menjatuhkan AS.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement