REPUBLIKA.CO.ID, BRIDGETOWN — Barbados mengizinkan para pekerja jarak jauh dari seluruh dunia pindah ke Pulau Karibia. Pemerintah setempat sedang merampungkan skema baru untuk kebijakan itu.
Dilansir di The Independent, Jumat (10/7), Perdana Menteri (PM) Bajan Mia Mottley mengusulkan kebijakan baru dalam menanggapi dampak virus corona di sektor pariwisata. Di bawah skema itu, pengunjung memiliki pilihan untuk tinggal selama setahun di pulau yang indah, setelah pembukaan pembatasan untuk pengunjung internasional pada 12 Juli.
Barbados Welcome Stamp memungkinkan warga asing membenamkan diri dalam budaya pulau itu untuk jangka waktu yang lebih lama. “Anda tidak perlu bekerja di Eropa, atau AS atau Amerika Latin, jika Anda bisa datang ke sini dan bekerja selama beberapa bulan sekaligus,” kata Mottley.
Untuk merealisasikan hal itu, dia menyadari negaranya harus menawarkan layanan kelas dunia. Selama ini, dia mengklaim terus menawarkan layanan kelas dunia itu pada wisatawan.
Dia mengatakan pemerintah berkomitmen untuk bekerja sama dengan wisatawan dalam mempromosikan konsep-konsep baru, seperti Barbados Welcome Stamp selama 12 bulan. Pemerintah membuka perbatasan untuk orang-orang yang bepergian dan menjanjikan layanan ramah seperti biasa. Pun wisatawan dapat menjadi bagian dari acara-acara khusus bersama warga setempat.
Pariwisata negara itu menyumbang 40 persen dari PDB. Sebanyak 30 persen warga Barbados bekerja di industri pariwisata.
Skema kebijakan itu menindaklanjuti keputusan banyak perusahaan di seluruh dunia yang mengutamakan operasi virtual karena pandemi Covid-19. YouGo mengungkapkan bahwa banyak pekerja yang tertarik memiliki lebih banyak fleksibilitas setelah pelonggaran jarak sosial. Lebih banyak waktu untuk keluarga, olahraga, dan tidak ada perjalanan pulang pergi menjadi faktor yang positif pengalaman kerja jarak jauh.