REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Di tengah pandemi covid-19, PT Sentral Mitra Informatika Tbk (Luck), tetap menghasilkan capaian kinerja positif. Perusahaan penyedia solusi percetakan dan dokumen serta penjualan produk teknologi informasi ini, membukukan pertumbuhan pendapatan, dengan perubahan masyarakat mengoptimalkan teknologi informasi (TI) untuk menyokong aktivitas reguler di masa pandemi Covid-19.
“Pandemi Covid-19 relatif tidak berdampak negatif terhadap laju omset, kami justru mengalami peningkatan penjualan sebesar 30% karena pandemi ini berbanding lurus dengan peningkatan penggunaan teknologi informasi oleh konsumen,” ujar Josephine Handayani Hidajat, Direktur Utama SMI dalam siaran persnya, Rabu (5/8).
Perfoma positif Luck, menurut Josephine, juga disokong arus kas dari operasional perusahaan yang dalam kondisi positif. Maksudnya, perseroan mampu membiayai operasional tanpa harus berutang ke pihak ketiga sehingga tidak dibebani kewajiban bunga dan biaya operasional terjaga dengan baik serta lebih kompetitif dibandingkan perusahaan sejenis. Hasilnya, arus kas perseroan mudah mengalir sehingga menunjang manajemen untuk mengimplementasikan kebijakan strategis dan pemasaran yang lincah (agile) di masa pandemi ini.
“Current ratio berada pada posisi 400% sehingga perseroan sangat likuid dan mengedepankan prinsip kehati-hatian (prudent) dalam mengelola keuangan serta kepercayaan vendor kepada kami kian meningkat serta cost of fund kami lebih rendah sehingga harga jual lebih kompetitif,” ungkap Josephine.
Dampakanya, kata Josephine, perseroan mudah berdaptasi dalam mengimplementasikan strategi pemasaran di fase pembatasan sosial berskala besar hingga kenormalan baru (new normal). Produktivitas para pegawai Luck pun tetap stabil meski tiga hari bekerja di rumah (work from home) dan bekerja di kantor selama 2 hari dalam sepekan.
Sebagai perusahaan penyedia jasa solusi TI terdepan di Indonesia, manajemen dan karyawan Luck sudah terbiasa menggunakan teknologi untuk menunjang pekerjaan sehingga perseroan mudah beradaptasi dan bergerak lincah menggarap peluang bisnis di masa pandemi ini. “Kami gencar melakukan webinar (web seminar) ke pelanggan-pelanggan untuk menerapkan teknologi dalam menghadapi pandemi, seperti penggunaan sistem printing yang bisa diakses dari luar kantor tapi tetap terjamin keamanannya dan tanpa harus investasi tambahan untuk mesin di rumah,” papar Josephine.
Pencapaian lainnya, kata Josephine tenaga penjual LUCK di masa pandemi ini berhasil menorehkan pertumbuhan penjualan system touchless untuk absensi dan pengukuran suhu tanpa thermometer manual dan teknologi multi-media dan perangkat komputer untuk menunjang pekerjaan dari rumah.
Selanjutnya, perseroan melihat celah bisnis lainnya seiring pengembangan bisnis Luck di toko daring seperti di platform e-commerce yang memudahkan konsumen institusi serta ritel untuk memesan produk dan solusi TI terintegrasi. Skema penjualan Luck di toko daring ini antara lain business to government (B2G) dan business to bussiness (B2B). “Kami mengembangkan bisnis e-commerce, B2G, B2B, pemesanan online serta support dan monitoring online konsumen,” ungkap Josephine.
Luck berpandangan pandemi ini memicu peluang bisnis lantaran masyarakat sangat cepat bermigrasi dari platform konvesional ke digital. Perubahan perilaku masyarakat ini, menurut Josephine, di antaranya tercermin dari perubahan korporasi swasta, BUMN, dan instansti pemerintah yang menerapkan kebijakan bekerja dari rumah, institusi pendidikan menerapkan sekolah online.
Untuk itu, lanjut Josephine, Luck merespons kebutuhan konsumen dengan mengembangkan beberapa produk berteknologi termutakhir untuk korporat, yaitu absensi secara online, face recognition, dan perangkat global positioning system (GPS). “Kami juga bekerja sama dengan Sistem Informasi Pengadaan di Sekolah (SIPLah) di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk pengadaan alat-alat TI untuk sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Dan, kami juga menawarkan berbagai solusi untuk perusahaan-perusahaan dan institusi pendidikan,” ia menjelaskan.
Berpijak dari pertumbuhan omset dan pemasaran terpadu itu, Josephine optimistis pendapatan perseroan hingga akhir tahun ini tumbuh sebesar dua digit. Pendapatan Luck pada semester I/2020 senilai Rp 62,8 miliar, tumbuh 30% dari Rp 48,3 milliar pada periode yang sama di tahun 2019. Pada periode yang sama, perseroan juga berhasil mencetak laba bersih senilai Rp 4,3 miliar atau naik 12% dari Rp 3,7 miliar.
Luck yang mencatatkan saham perdana alias IPO pada November 2018, pada Mei 2020 mengumumkan pembagian dividen tahun buku fiskal 2019, yakni sebesar Rp 5 per lembar saham. Oleh karena itu. perseroan merupakan 1 dari 112 emiten yang IPO sejak tahun 2018 hingga 2019 yang membagikan dividen. Dengan demikian, Luck adalah salah satu dari 15 emiten yang membagikan dividen dan melangsungkan IPO di rentang waktu tersebut. Josephine merincikan Luck pada saat IPO pada November 2018, mencatatkan ekuitas sebesar Rp 72.592.107.730,- dan posisi Per Juni 2020, setelah pembagian dividen, kekayaan bersih Pemegang Saham meningkat 1,85 kali, yang dalam kurun waktu 2 tahun meningkat menjadi Rp 134.661.651.547,-
Peningkatan kinerja perseroan tersebut ini merupakan konsistensi menerapkan strategi otomasi dan efisiensi sistem operasional, mempraktikkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG/Good Corporate Governance), transparan, akuntabilitas, bertanggung jawab, independen, dan menjunjung prinsip kewajaran.