Jumat 14 Aug 2020 13:56 WIB

Israel dan UEA Berdamai, Mesir Berikan Selamat

Presiden Sisi menilai perdamaian bersejarah ini akan majukan proses perdamaian.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Mesir Abdel Fattah Al Sisi.
Foto: Reuters
Presiden Mesir Abdel Fattah Al Sisi.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengucapkan selamat kepada Putra Mahkota Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan karena telah mencapai kesepakatan normalisasi hubungan dengan Israel. Sisi menilai hal tersebut bersejarah.

"Langkah perdamaian bersejarah seperti itu akan memajukan upaya proses perdamaian dan membuka cakrawala untuk stabilitas di Timur Tengah," kata Sisi saat melakukan percakapan via telepon dengan Sheikh Mohammed, dikutip laman Ahram Online, Jumat (14/8).

Baca Juga

Sisi pun memuji keputusan Israel untuk menangguhkan rencana pencaplokan Tepi Barat sebagai bagian dari kesepakatan dengan UEA. "Saya mengikuti dengan penuh minat dan penghargaan atas pernyataan bersama tripartit antara Amerika Serikat (AS), UEA, dan Israel, mengenai perjanjian untuk menangguhkan aneksasi wilayah Palestina serta mengambil langkah-langkah yang akan membawa perdamaian ke Timur Tengah," ujar Sisi.

Mesir mendukung solusi dua negara dalam konflik Israel-Palestina. Ia pun berpihak pada Palestina yang ingin menjadikan Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depannya. Kairo berulang kali menyatakan penolakan atas rencana Israel mencaplok sebagian wilayah Tepi Barat.

Kesepakatan normalisasi hubungan Israel-UEA tercapai setelah Presiden AS Donald Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan Putra Mahkota UEA Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan melakukan pembicaraan via telepon. Di bawah kesepakatan tersebut, Israel setuju untuk menangguhkan rencana pencaplokan sebagian wilayah Tepi Barat.

Trump berharap langkah UEA akan diikuti negara-negara Arab lainnya. Dia pun berencana mengundang Netanyahu dan Sheikh Mohammed ke Gedung Putih dalam tiga pekan mendatang. "Saya berharap bisa menjamu mereka (Netanyahu dan Al Nahyan) di Gedung Putih segera untuk menandatangani perjanjian (normalisasi hubungan) secara resmi. Kami mungkin akan melakukannya dalam waktu mendatang, menurut saya tiga pekan," kata Trump pada Kamis (13/8), dikutip laman Aljazirah.

Palestina telah mengecam kesepakatan normalisasi antara UEA dan Israel yang dijembatani AS. Menurutnya hal itu merupakan sebuah pengkhianatan. Palestina selama ini tak mengakui upaya mediasi dilakukan AS.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement