REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Potensi ekonomi limbah perikanan sangat besar. “Namun pemanfaatannya masih relatif kecil,” kata Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS pada Webinar “Mendulang Rupiah Melalui Pemanfaatan Cangkang Kerang dan Kulit Ikan” yang diadakan oleh PDSPKP-KKP, Selasa (18/8).
Menurut Rokhmin, paling tidak ada enam permasalahan dan tantangan pengelolaan limbah perikanan. Yaitu, kesadaran dan pengetahuan yang rendah tentang pemanfaatan limbah hasil perikanan; kurang penyebaran informasi tentang konsep pengolahan limbah hasil perikanan; mahalnya pembuatan unit pengolahan limbah hasil perikanan; dan kalangan usaha merasa tidak mendapatkan keuntungan dalam pengelolaan limbah.
Selain itu, sulitnya memperoleh peralatan dan zat kimia yang diperlukan dalam proses perebusannya (contoh: pemanfaatan limbah cangkang kepiting. “Juga, belum adanya unit khusus yang bertugas menangani limbah hasil perikanan di KKP, Dinas KP Provinis dan Kabupaten/Kota,” kata ketua Dewan Pakar MPN (Masyarakat Perikanan Nusantara) itu dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Ia lalu menawarkan strategi dan teknik pemanfaatan dan pengelolaan limbah perikanan. Pertama, pemanfaatan hasil tangkap sampingan (by catch) dan ikan rucah (trash fish) yang jumlahnya mencapai 20 persen total hasil tangkap purse seiners, pukat ikan, pukat udang, dan alat tangkap lainnya.
Kedua, penerapan Best Handling Practices sejak dari hulu hingga Sistem Rantai Pasok Perikanan (kapal ikan/farm – transportasi – industri pengolahan – transportasi – konsumen/pasar).
Ketiga, bagian dari ikan, moluska (kekerangan), krustasea, rumput laut, dan komoditas perikanan lain yang tidak bisa dikonsumsi langsung (seperti tulang, cangkang, kulit, dan lainnya) harus diolah dan dimanfaatkan. “Strategi-1,2, dan 3 akan menghasilkan zero waste (berkah) dari sektor Kelautan dan Perikanan,” kata ketua umum Masyarakat Akuakultur Indonesia(MAI) itu.
Keempat, penyediaan teknologi pemanfaatan limbah perikanan menjadi produk bernilai tambah dan bermanfaat bagi manusia. “Termasuk pembangunan pabrik tepung ikan (skala mini – medium) di wilayah – wilayah sentra produksi perikanan tangkap yang banyak menghasilkan by catch dan trash fish (Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, dan Sulawesi) dengan memanfaatkan gas buang dari pembangkit listrik setempat,” paparnya.
Kelima, penyediaan kredit relatif murah dan lunak. Keenam, peningkatan kesadaran publik tentang arti penting dan strategis pemanfaatan dan pengolahan limbah perikanan melalui DIKLATLUH. “Tidak kalah pentingnya adalah penciptaan iklim investasi dan kemudahan berbisnis yang kondusif dan atraktif,” papar Rokhmin Dahuri.