REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Kementerian Pertahanan Taiwan menyatakan, China seharusnya tidak meremehkan tekad Taipei untuk mempertahankan diri, Kamis (20/8). Ancaman militer China hanya akan membuat rakyat Taiwan menjadi lebih tegas dalam menentukan sikap.
"Sama sekali jangan anggap enteng tekad kami untuk membela Taiwan," kata Kementerian Pertahanan tersebut.
Dalam unggahan video, kementerian tersebut memperlihatkan pasukan militer Taiwan melakukan latihan. Video itu menunjukkan F-16 Taiwan mengudara, rudal ditembakkan dari darat dan laut, dan tentara sedang bermanuver.
Taiwan akan menunjukkan sikap tegas terhadap tekanan militer Tentara Pembebasan Rakyat Komunis China baru-baru ini. Mereka mengaku, tidak akan memprovokasi, tetapi tidak akan menunjukkan kelemahan.
China telah meningkatkan aktivitas militernya di sekitar pulau demokrasi yang diklaim Beijing sebagai wilayahnya. Pemerintah komunis itu mengirim jet tempur dan kapal perang untuk latihan di dekat Taiwan, termasuk pekan lalu ketika menteri Kesehatan Amerika Serikat (AS), Alex Azar, berada di Taipei.
"Negara yang paling arogan dapat dengan mudah memprovokasi perang, dan pemerintah yang paling bodoh dapat terjebak dalam api perang," ujar Kementerian Pertahanan Taiwan.
Pernyataan itu menegaskan, provokasi dan ancaman China hanya akan semakin mempersatukan rakyat Taiwan. Mereka hanya akan mengakui esensi militerisme Komunis China yang sering kali mengancam.
"Pada akhirnya itu akan memiliki efek sebaliknya, menghasut kemarahan dan antipati rakyat Taiwan, secara serius merusak perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan," ujar Kementerian Pertahanan.
China mengklaim tidak akan pernah menanggalkan penggunaan kekuatan untuk membawa Taiwan di bawah kendalinya. Rakyat Taiwan tidak menunjukkan minat untuk dikendalikan oleh Beijing yang otokratis.
Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, mengawasi program modernisasi militer, meskipun pasukan Taiwan kalah bersaing dengan China. Namun, AS yang merupakan pemasok senjata utama Taiwan, telah meningkatkan dukungan untuk pulau itu. Tahun lalu, Departemen Luar Negeri AS menyetujui penjualan senjata senilai 10 miliar dolar AS untuk Taiwan.